"Bayangkan ada anak yang screen time-nya 5,6,7 jam. Itu mengerikan sekali dan itu pun bukan ditujukan untuk kegiatan belajar tapi main game," tuturnya.
Penggunaan gadget berlebihan pada anak dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental.
Misalnya, masalah mata kering, kemampuan belajar anak terhambat, kurang konsentrasi, anak mengalami masalah emosional, dan lainnya.
Hal ini, kata Roslina, terjadi karena banyak orangtua belum memahami bagaimana mengenalkan gadget pada anak.
"Bukan soal kapan atau perlu atau tidaknya mengenalkan gadget tapi bagaimana mengelola agar gadget yang mereka miliki punya fungsi yang benar-benar optimal bagi tumbuh kembangnya."
"Jadi, (dengan gadget) pengetahuan umum anak berkembang tanpa perlu membuat mereka adiksi pada layar," ujarnya.
Baca juga: Anak Asyik dengan Gadget, Waspadai Bahaya Digital Eye Strain
Lalu, seperti apa tanda anak kecanduan gadget?
Singkatnya, menurut Roslina, anak dikatakan sudah kecanduan gadget jika kemampuan atau fungsi sehari-harinya sudah terganggu karena interaksi yang berlebihan selama menggunakan gadget.
Adapun fungsi sehari-hari anak di antaranya bermain, belajar, berinteraksi dengan teman sebaya dan keluarga, hingga memenuhi kebutuhan biologis seperti tidur dan makan.
Mengenalkan gadget berdasarkan usia
Alih-alih melarang anak menggunakan gadget, sebaiknya orangtua mengenalkan gadget pada anak sesuai dengan kebutuhan usianya.
Baca juga: Langkah Mengenalkan Gadget pada Anak Berdasarkan Usianya
Berikut sejumlah panduannya berdasarkan usia anak:
Di usia ini, gadget dapat menjadi media untuk merangsang skill sensomotorik anak. Misalnya, mengenal berbagai macam warna dan bentuk, hingga mengikuti gerakan dan nyanyian.
Di usia ini, proses belajar anak semakin berkembang. Anak bisa bereksplorasi lebih jauh, seperti menggambar di tablet atau membaca buku cerita.
Perbedaannya, fungsi gadget untuk anak usia 3-5 tahun bertambah menjadi bagian dari hiburan.