Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Minim Edukasi, Ini yang Seharusnya Dilakukan Remaja Putri Saat Menstruasi Pertama Kali

Kompas.com - 18/06/2021, 09:23 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kesadaran dan pengetahuan remaja putri di Indonesia terhadap manajemen kebersihan saat menstruasi atau menstrual hygiene dinilai masih rendah.

Mengutip pemberitaan Kompas.com, Jumat (28/5/2021), data United Nation Childres’s Fund atau UNICEF Indonesia 2015 menyebutkan, satu dari dua anak perempuan tidak tahu apa yang harus dilakukan saat pertama kali menstruasi.

Data itu juga menyebutkan bahwa hanya satu dari tiga remaja putri yang mengganti pembalutnya setiap 4 sampai 12 jam. Kebanyakan dari mereka mengaku mengganti pembalut hanya dua kali sehari.

Padahal, hal tersebut membahayakan kesehatan organ reproduksi perempuan. Pasalnya, darah yang mengendap pada pembalut dapat menjadi sarang bakteri yang menyebabkan infeksi pada vagina.

Baca juga: Mencegah Stunting Dimulai dari Masa Remaja. Begini Caranya!

Oleh sebab itu, para ahli menyarankan agar pembalut diganti minimal empat jam sekali. Selain itu, pastikan pula untuk menggunakan pembalut yang benar-benar bersih dan dapat menyerap darah dengan baik.

Sebelum mengganti pembalut, remaja putri hendaknya juga membersihkan area vagina dengan air mengalir dari depan ke belakang. Hal ini dilakukan agar kotoran dari anus tidak bercampur ke vagina sehingga menyebabkan penumpukan bakteri.

Siklus menstruasi normal

Untuk menciptakan Generasi Bersih dan Sehat (Genbest), remaja putri juga harus memahami siklus menstruasi. Menstruasi dikatakan normal apabila lama waktu, periode, dan jumlah darah keluar ideal.

Masa menstruasi biasanya berlangsung tiga sampai delapan hari. Hal ini bergantung pada kondisi fisik, stres, asupan, dan efek pengobatan tertentu.

Baca juga: Bukannya Sehat, Olahraga Berlebihan Buruk Bagi Kesehatan Remaja Putri

Saat remaja putri mengalami menstruasi pertama, siklus tersebut biasanya belum teratur. Namun, kondisi ini berangsur stabil seiring pertambahan usia.

Sebagaimana diketahui, menstruasi kerap kali menimbulkan rasa tidak nyaman, seperti kram perut, nyeri pada payudara, sakit kepala, perut kembung, dan jerawat, serta terganggunya pola tidur dan perubahan suasana hati. Gejala tersebut merupakan hal yang normal.

Namun, saat gejala-gejala tersebut tak tertahankan, tak ada salahnya untuk memeriksakan diri ke dokter. Pasalnya, hal tersebut bisa menjadi gejala awal penyakit lain.

Selain gejala-gejala tersebut, remaja putri juga rentan terkena anemia jika volume darah yang keluar terlalu banyak.

Baca juga: Kenapa Remaja Putri Lebih Rentan Alami Anemia?

Data Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyebutkan, sebesar 53,7 persen remaja putri di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, terkena anemia.

Hal senada juga diungkapkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Riset ini menemukan bahwa 22,7 persen remaja putri Indonesia mengalami anemia akibat kekurangan zat besi. Hal ini erat kaitannya dengan siklus menstruasi yang dialami setiap bulan.

Ilustrasi sel darah merah berbentuk bulan sabit yang menyebabkan anemia. Penyebab anemia sebagian besar adalah karena kekurangan zat besi.NIH Ilustrasi sel darah merah berbentuk bulan sabit yang menyebabkan anemia. Penyebab anemia sebagian besar adalah karena kekurangan zat besi.

Sebagai informasi, anemia merupakan kondisi ketika jumlah sel darah merah di dalam tubuh terlalu rendah. Penyakit anemia diukur berdasarkan jumlah hemoglobin, yakni protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen.

Oleh sebab itu, saat jumlah sel darah merah berkurang, kadar oksigen dalam darah pun menurun. Efeknya, tubuh akan terasa lelah dan lemas.

Pada jangka panjang, anemia berisiko membuat pertumbuhan tidak maksimal serta tubuh mudah lelah, sakit, dan rentan keracunan.

Baca juga: Duh, Dampak Anemia pada Remaja Putri Bikin Ngeri

Selain itu, anemia juga dapat mengganggu fungsi kognitif sehingga mengganggu aktivitas dan produktivitas.

Saat remaja putri beranjak dewasa dan memasuki masa kehamilan, anemia bisa berdampak buruk bagi kandungan, seperti mengakibatkan berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan kematian janin.

Pentingnya edukasi

Untuk menghindari hal-hal tersebut, kesadaran dan pengetahuan mengenai menstrual hygiene harus ditanamkan sejak dini.

Topik mengenai menstruasi dan reproduksi tak boleh lagi dianggap tabu untuk dibicarakan. Tidak hanya pada anak perempuan, anak laki-laki pun harus mendapatkan pemahaman yang sama.

Baca juga: Nikah di Usia Remaja Memperbesar Risiko Anak Stunting

Pasalnya, menstruasi masih dianggap tabu oleh sebagian orang. Akibat persepsi ini, remaja putri kerap merasa malu jika ada teman laki-laki yang mengetahuinya sedang menstruasi.

Dengan edukasi, mereka akan memahami bahwa menstruasi merupakan hal alamiah yang terjadi pada perempuan.

Saat ini, Genbest bisa mencari informasi seputar kesehatan reproduksi remaja, termasuk menstrual hygiene, bayi, dan ibu hamil, serta pencegahan stunting melalui laman https://genbest.id/.

Yuk, bersama-sama menjadi Generasi Bersih dan Sehat dengan manajemen kebersihan saat menstruasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com