Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solidaritas Sosial Jadi Cara Ampuh Hilangkan Herd Stupidity

Kompas.com - 23/06/2021, 10:21 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com -Tudingan herd stupidity muncul karena perilaku masyarakat yang abai pada protokol kesehatan dan kebijakan yang tidak konsisten dengan penanggulangan pandemi.

Sosiolog Daisy Indira Yasmine mengatakan, istilah herd stupidity sebenarnya adalah ungkapan kritik terhadap perilaku kita menghadapi Covid-19. Bukan hanya kepada masyarakat saja namun seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan pandemi ini.

"Artinya kebodohan bersama-sama karena yang harusnya kita tuju adalah herd immunity," terangnya kepada Kompas.com pada Selasa (22/06/2021).

Awalnya, herd immunity atau imunitas komunal sempat menjadi harapan untuk menangkal penyebaran virus. Imunitas itu tercipta karena masyarakat sudah resisten pada Virus Corona salah satunya karena program vaksinasi yang sudah berjalan.

Baca juga: Herd Stupidity, Bukan Sekadar Masalah Kebodohan Komunal

Nyatanya, imunitas itu belum juga tercipta meski pandemi sudah berjalan lebih dari satu tahun. Bahkan jumlah kasus Covid-19 belakangan terus melonjak yang diikuti dengan berbagai masalah lainnya.

Banyak masyarakat kesulitan mendapatkan fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang layak. Tenaga kesehatan juga belum kelelahan menghadapi pasien yang datang silih berganti.

Daisy menilai, Indonesia sekarang ini memang sedang menghadapi masalah penanganan Covid-19 yang belum konsisten antar komponen.

Beberapa diantaranya regulasi pemerintah pusat maupun daerah yang berubah-ubah, praktik pemerintah dengan warga dan pelaku usaha, penjagaan border dengan negara luar dan perbatasan internal Indonesia.

"Intinya kita ini tidak tegas, belum kompak dan belum terbangun solidaritas sosial dalam menghadapai Covid-19," jelasnya.

Baca juga: Jokowi Harap Herd Immunity Segera Terbentuk, Epidemiolog: Kita Masih Sangat Jauh

Ia menambahkan, penyebaran virus Corona bukanlah masalah pribadi melainkan problema keluarga, kelompok, dan mayoritas.

Kemudahan penularan, efeknya yang tidak bisa diprediksi, fatal dan mematikan dalam waktu singkat serta ketiadaan penawarnya menjadi alasan utama pandemi menjadi masalah bagi semua orang.

Jebolan Universitas Indonesia ini beranggapan, kondisi ini sebenarnya bisa dilawan apabila kita semua bersikap kompak melawan Covid-19. Masyarakat menjalankan protokol kesehatan sedangkan pengambil kebijakan juga menentukan regulasi yang sejalan.

Ia juga menyarankan kita untuk selalu mengingatkan orang sekitar akan bahaya pandemi ini yang tidak main-main.

Caranya dengan memberikan contoh kasus dan bukti yang nyata sebagai pendukung argumen kita. Jelaskan pula jika ketidakpatuhan pada protokol kesehatan bukan hanya membahayakan diri sendiri tapi juga anggota keluarga dan orang lain.

 Baca juga: Masker Kain Tidak Efektif Cegah Penularan Varian Baru Covid-19

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com