Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/06/2021, 13:34 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Sumber ugm.ac.id

"Tetapi ada juga 5-10 persen orang yang kemampuan penciumannya tidak kembali, berkurang atau kembali dengan cara yang terdistorsi," kata Piccirillo seperti dikutip oleh laman McGill University.

Indera penciuman yang terdistorsi ini dikenal sebagai parosmia. Mereka yang mengalaminya kerap melaporkan bahwa bau yang biasanya menyenangkan sekarang membuat sangat tidak menyenangkan. Beberapa bau yang mereka gambarkan seperti bau sampah, karet terbakar, atau asap.

Hal ini dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup. Sebab, seperti yang telah dijelaskan di atas, indera penciuman sangat erat kaitannya dengan indera perasa.

Ketika indera penciuman terdistorsi, mereka mungkin merasa sulit untuk menelan makanan apa pun karena seringkali rasanya sama dengan bau tidak sedap yang mereka cium.

Mengapa pulihnya penciuman bisa sangat lama?

Secara singkat, Goldberg menjelaskan bahwa hilangnya kemampuan indera penciuman menunjukkan adanya kerusakan saraf. Itulah mengapa pemulihannya bisa lambat.

"Setiap jenis kerusakan neurologis memiliki pemulihan yang lambat. Itu diukur dalam bulan atau tahun," katanya.

Baca juga: Setelah Isolasi Mandiri Covid-19, Perlukah Tes PCR Ulang?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber ugm.ac.id
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com