Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Apa Salahnya Pamer Gaya Hidup Glamor?

Kompas.com - 23/06/2021, 14:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Film dan lagu

Di sisi lain, kita saat ini juga diramaikan dengan berita viral mengenai sebuah sinetron Indonesia mengenai poligami, yang dibintangi oleh anak berusia 15 tahun.

Tentunya ini bukanlah contoh yang baik untuk masyarakat luas. Apabila pembuat sinetron berkilah bahwa film tersebut tidak akan membawa dampak serius bagi masyarakat, maka hal ini menurut saya salah besar.

Sudah banyak kejadian, di mana film atau lagu membuat orang terinspirasi untuk melakukan hal yang tidak pantas. Sebagai contoh film "The Town" justru menginspirasi orang-orang tertentu untuk merampok.

Baca juga: Digelari Miliarder Termuda, dari Mana Kekayaan Kylie Jenner?

Lagu "Gloomy Sunday" juga dipercaya sebagai lagu pengantar orang melakukan bunuh diri, terutama di Hungaria, sebelum perang dunia kedua.

Masih banyak contoh film dan lagu lainnya.

Kita memang tidak dapat mengontrol hal apa yang akan membuat kerusakan dan mana yang tidak.

Namun, setidaknya kita dapat berhati-hati dalam membuat alur cerita yang cenderung dapat diinterpretasi negatif oleh masyarakat secara umum.

Kedua, masyarakat penonton atau follower selebritas juga diharapkan dapat memilah-milah mana tayangan atau konten yang bermanfaat, dan mana yang tidak. Maka dari itu, bekal mental dan moral yang cukup kuat diperlukan dalam hal ini.

Bagi orang tua yang masih mempunyai anak kecil dan remaja, sebaiknya sering-sering berdiskusi mengenai tayangan dan tontonan yang sedang digandrungi anak-anak mereka.

Baca juga: Mengapa Orang Sangat Menyukai Instagram Story?

Kritik terhadap anak tidak akan membantu, malah membuat mereka semakin penasaran dengan tayangan tersebut.

Dengan berdiskusi, kita dapat tetap memantau apa yang ditonton anak, serta bagaimana interpretasi mereka terhadap tayangan tersebut.

Imbauan kepada para pembuat konten juga penting, agar setidaknya membuat tayangan yang juga membuat penonton tergugah untuk bekerja keras, disiplin, dan jujur. Misalnya, dengan menceritakan kisah mereka sebelum sukses.

Kita juga sebagai penonton dapat memilih film atau konten yang berkualitas, yang memacu kita untuk selalu berpikiran positif dan berusaha dalam mencapai apa yang kita idam-idamkan.

Pengawasan secara konsisten dari masyarakat dan pemerintah juga diperlukan, sehingga tontonan menjadi tetap berkualitas dan bermanfaat.

Siapa lagi yang akan menjaga mental dan moral kita, kalau bukan kita bersama.

Riana Sahrani
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com