Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 Varian Delta Menyebar, Ingat Lagi Tata Cara Isoman yang Tepat

Kompas.com - 25/06/2021, 07:55 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

1. Memiliki ruang isolasi yang baik

Diberitakan Kompas.com, Selasa (22/6/2021), Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa ruang isolasi mandiri harus memiliki ventilasi dan aliran udara yang baik.

Jika kamar isolasi memiliki jendela, individu yang terkonfirmasi positif bisa membukanya untuk berjemur. Jika kadar oksigennya baik, ia juga bisa berolahraga di dalam ruangan atau beranda jika ada.

Diusahakan kamar isolasi terpisah dengan anggota keluarga lain yang sehat, apalagi jika ada anggota keluarga yang memiliki komorbid.

Hal ini dilakukan untuk memastikan individu tersebut tak menjadi sumber penularan virus terhadap anggota keluarga lain.

Jika ada ruangan yang terpaksa digunakan bersama, misalnya kamar mandi, pastikan ruangan dibersihkan setelah dan sebelum digunakan oleh anggota keluarga yang sehat serta usahakan memakai masker.

Baca juga: Dokter Reisa Ingatkan 5 Hal Penting soal Isolasi Mandiri Covid-19

2. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan

Tingginya kasus Covid-19 di tanah air membuat banyak rumah sakit penuh.

Menurut Arka, individu yang melakukan isolasi mandiri setidaknya memiliki termometer untuk mengukur suhu badan sendiri apakah mengalami demam atau tidak.

Selain itu, memiliki pulse oximeter juga bisa membantu mengetahui saturasi oksigen.

"Kalau sudah ada gangguan respiratorik, batuk atau napas berat, itu boleh kok beli saja pulse oximeter, dilihat saturasinya. Kalau sudah di bawah 93-95 persen itu peringatan," katanya.

3. Tidak ikut-ikutan pengobatan orang lain

Reisa mengungkapkan alasan lainnya mengapa individu yang terkonfirmasi positif tetap harus melapor ke tenaga medis atau fasilitas kesehatan. Selain untuk kepentingan pelacakan, hal itu juga dilakukan agar individu yang bersangkutan mendapatkan terapi dan penanganan yang tepat jika dibutuhkan.

Meskipun, beberapa individu yang tidak memiliki gejala mungkin tak perlu mengonsumsi obat.

"Jangan sampai sudah telat, menganggap tidak ada gejala, lalu gejalanya muncul begitu sudah telat, ya telat jadinya," ujar Reisa.

Kapan pengobatan selesai juga harus merupakan keputusan tenaga medis, bukan pasien.

Selain itu, hindari kebiasaan ikut-ikutan pengobatan orang lain karena kondisi setiap orang yang terinfeksi Covid-19 bisa berbeda-beda.

"Jangan ikut-ikutan pengobatan, "si tetangga minum ini, minum itu, cepat tuh sembuhnya". Belum tentu. Jadi berbeda-beda pada setiap tubuh pasien," ungkapnya.

Baca juga: Setelah Isolasi Mandiri Covid-19, Perlukah Tes PCR Ulang?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com