Ibu muda masa kini tidak mengerti cara membuat santan, tidak (mau) paham tahapan perkembangan motorik dan sensorik bayi, sehingga memberi makan bayi seperti mengisi bensin tangki motor.
Bahkan ada yang tidak punya kompor. Hanya mengandalkan ‘mejikom’ (magicom alias penanak nasi) buat bikin makanan sehari-hari ala anak kos.
Saat berat badan bayi tidak naik, bayinya tidak mau makan, alih-alih evaluasi, mereka akan ‘nembak’ Anda dengan pertanyaan, jadi solusinya apa? Dan sekali lagi, medsos menjadi andalan.
Ada yang mengajari ilmu kaldu - padahal bayinya butuh protein hewan – hingga ribut mempermasalahkan diet gluten.
Ujung-ujungnya ilmu kepraktisan menjadi juara. Pangan kemasan! Produk yang diandalkan untuk para ibu yang katanya memilih kewarasan. Yang secara tidak langsung menuding para leluhurnya tidak waras, karena zaman itu belum ada kemasan, dan anak-anak mereka di zaman itu tidak stunting.
Di masa pandemi yang menyesakkan ini, bayi-bayi dengan anemia dan diam-diam menderita TBC serta gangguan gizi kronik akibat cara pemberian makan yang salah semakin membuat ngeri.
Dua tahun lagi riset kesehatan dasar 2023 akan dirilis. Apabila kondisi kita masih seperti ini, edukasi berjalan simpang siur, riuh rendah bersahut-sahutan dengan kepentingan-kepentingan yang berusaha menyeruak masuk pintu gerbang kesehatan, tidak tahu lagi data dan diagram seperti apa yang akan disajikan dalam Riskesdas 2023.
Jadi, kalau mau bikin bayi-bayi kita sekadar hidup, gemuk dan tinggi – memang tidak sulit-sulit amat.
Tapi selepas usia remaja, akan ada tagihan hutang pekerjaan rumah yang tertunda, membengkak menjadi hipertensi, obesitas, diabetes usia muda, berbagai jenis gangguan hormonal, hingga kanker.
Yang saat ini sudah dewasa saja membuat jaminan kesehatan nasional terengah-engah. Apalagi ditambah korbannya yang menyusul tak lama lagi. Siapa lagi yang mau jadi kambing hitam kali ini?
Baca juga: MPASI ala Generasi Dapur Ngawur
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.