Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suplemen Testosteron atau Olahraga, Mana Lebih Sehat bagi Pria?

Kompas.com - 29/06/2021, 19:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber uwa.edu.au

KOMPAS.com - Olahraga dipandang sebagai cara yang efektif untuk memberikan manfaat bagi pria, seperti meningkatkan kebugaran, kekuatan, dan membuat pria tampak awet muda.

Sementara itu, pada pria yang mengalami penurunan kadar hormon testosteron, mereka cenderung memilih mengonsumsi suplemen testosteron guna mencegah dampak penuaan.

Lantas, mana yang lebih baik untuk mencegah penuaan? Rajin berolahraga atau mengonsumsi suplemen testosteron?

Baca juga: 4 Hal Seputar Hormon Testosteron, Pria Wajib Tahu

Berdasarkan penelitian di School of Human Sciences di University of Western Australia, ditemukan olahraga lebih bermanfaat dalam mengatasi efek penuaan daripada suplemen testosteron.

Hasil studi itu dimuat dalam American Journal of Physiology: Heart and Circulatory Physiology.

Tim peneliti di School of Human Sciences UWA memelajari dampak mengonsumsi suplemen testosteron dan berolahraga pada 80 pria paruh baya sehat dengan kadar testosteron rendah hingga normal.

Peneliti mengukur tingkat kebugaran, komposisi tubuh, dan kekuatan setiap partisipan sebelum dan sesudah menjalani program olahraga selama 12 minggu.

Masing-masing partisipan secara acak mendapatkan terapi testosteron, atau terapi testosteron dengan program olahraga yang diawasi peneliti.

Baca juga: Diet Rendah Lemak Turunkan Kadar Testosteron pada Pria, Benarkah?

Ada juga partisipan yang diberikan plasebo dan program olahraga, atau hanya plasebo saja.

Kelompok partisipan yang berolahraga memiliki hasil lebih baik pada massa lemak tubuh dan kebugaran dibandingkan partisipan yang menerima terapi atau pengobatan testosteron.

Temuan dalam riset juga menunjukkan, partisipan yang menerima pengobatan hormon testosteron dan program olahraga tidak memeroleh manfaat tambahan dibanding partisipan yang hanya berolahraga.

Lauren Chasland, PhD, penulis utama dalam riset ini mengatakan, temuan ini memerlihatkan olahraga merupakan stimulus yang dapat membantu membalikkan efek merugikan dari penuaan.

"Pria lebih mungkin mendapatkan manfaat dari 12 minggu berolahraga daripada pengobatan testosteron," ujar Lauren Chasland.

Kendati program olahraga memberikan manfaat besar, pengobatan hormon testosteron juga memiliki efek yang sama dalam hal menurunkan massa lemak di tubuh.

Ditambahkan Chasland, hasil studi ini menjelaskan pria yang tidak mampu berolahraga dapat memeroleh manfaat dari pengobatan testosteron untuk mengurangi massa lemak di tubuh.

"Bagi pria yang tidak dapat berolahraga karena penyakit atau kecacatan, pengobatan testosteron bisa bermanfaat untuk menjaga atau memperbaiki massa lemak," kata dia.

"Namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini," tambah Chasland.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber uwa.edu.au
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com