Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal yang Perlu Diketahui Mengenai Diet Karnivora

Kompas.com - 04/07/2021, 16:47 WIB
Intan Pitaloka,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Diet karnivora sepertinya menjadi pilihan diet yang menyenangkan untuk pecinta daging.

Hal ini dikarenakan, diet ini menganjurkan kita untuk mengkonsumsi daging, ikan, dan makanan hewani lainnya, seperti telur dan produk susu tertentu.

Menariknya, dalam aturan diet karnivora, justru kita sama sekali tidak makan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, atau kacang-kacangan.

Selain itu, diet ini tidak seperti diet keto, yang membatasi karbohidrat hingga jumlah tertentu per hari. Diet karnivora bertujuan untuk mencapai nol karbohidrat per hari.

Meski makan hanya daging, tapi diet karnivora menawarkan penurunan berat badan, peningkatan suasana hati, serta pengaturan gula darah.

Ini berdasarkan pada keyakinan bahwa makanan tinggi karbohidrat adalah penyebab penyakit kronis.

Namun, perlu diketahui bahwa ada kerugian yang akan kita alami jika tidak makan apa pun selain protein hewani tanpa karbohidrat.

Kate Patton, MEd, RD, CSSD, LD., seorang ahli diet di Clevaland Clinic mengatakan bahwa karbohidrat adalah sumber energi pilihan tubuh kita yang biasa digunakan untuk energi.

"Jika kita tidak makan karbohidrat, pilihan tubuh berikutnya adalah membakar lemak. Dan itu berasal dari lemak dalam makanan atau lemak tubuh kita sendiri."

Patton mengatakan bahwa kebanyakan orang merasa baik setelah tidak makan karbohidrat karena mereka tidak memiliki lonjakan gula darah.

Namun, perlu diketahui bahwa terlalu banyak lemak hewani juga bisa menyebabkan peradangan.

Baca juga: Awas, Terlalu Banyak Makan Daging Berisiko Merusak Kesehatan Usus

Apa risiko dari diet karnivora?

Ketika kita menghilangkan beberapa jenis atau seluruh kelompok makanan dari diet kita, pasti ada konsekuensinya.

Patton mengatakan bahwa diet karnivora sangat rendah serat, yang akan menyebabkan kita mengalami sembelit. Dan risikonya jauh lebih serius daripada hanya sulit buang air besar.

"Jika kita memiliki kondisi kronis yang sudah ada sebelumnya, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, riwayat stroke atau penyakit kardiovaskular lainnya, kita sebaiknya tidak mencoba diet ini," kata Patton tegas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com