Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda dengan Stres, Kenali Penyebab dan Tanda Burnout

Kompas.com - 07/07/2021, 06:04 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Istilah "burnout" belakangan semakin sering digunakan. Sering kali, istilah ini digunakan untuk mengacu pada kejenuhan akibat workload atau beban pekerjaan, tetapi sebetulnya kondisinya jauh lebih kompleks dari itu.

Menurut Help Guide, burnout adalah kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh stres yang berlebihan dan berkepanjangan.

Kondisi ini terjadi ketika kita merasa kewalahan, terkuras secara emosional, dan tidak mampu memenuhi tuntutan terus-menerus.

Saat stres berlanjut, kita mulai kehilangan minat dan motivasi pada peran yang dijalani. Burnout dapat mengurangi produktivitas dan menguras energi, membuat kita merasa semakin tidak berdaya, putus asa, dan kesal.

Pada akhirnya, kita mungkin merasa tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan.

Lalu, apa perbedaan burnout dengan stres?

Stres terus-menerus membuat kita merasa tidak berdaya, kecewa, dan benar-benar kelelahan, sehingga berkembang menjadi kondisi burnout.

Namun, keduanya tidak sama.

Stres pada umumnya melibatkan terlalu banyak tekanan yang menuntut diri kita terlalu banyak, baik secara fisik maupun mental.

Namun, mereka yang mengalami stres masih bisa membayangkan bahwa jika semua situasi itu bisa terkendali, mereka akan merasa lebih baik.

Hal itu tak dialami oleh seseorang yang burnout. Orang yang mengalami burnout merasa kosong dan lelah secara mental, tanpa motivasi, dan tak merasakan kepedulian. Mereka sering kali tidak melihat harapan akan adanya perubahan positif dalam situasi tersebut.

Orang yang merasakan stres berlebihan merasa dirinya tenggelam dalam tanggung jawab. Namun, perasaan mereka yang mengalami burnout justru kosong. Meskipun mereka biasanya tahu berada di bawah banyak tekanan, mereka tidak selalu menyadari kondisi tersebut.

Efek negatif dari burnout dapat meluas ke setiap bidang kehidupan, termasuk rumah, pekerjaan, dan kehidupan sosial.

Burnout juga bisa menyebabkan dampak jangka panjang pada tubuh yang membuat kita rentan mengalami penyakit, seperti pilek dan flu.

Banyaknya konsekuensi burnout membuat penting untuk kita mengenali tanda-tanda burnout dan mencegahnya.

Baca juga: Mudah Ditiru, Ini 6 Cara Para Orang Sukses Atasi Stres Kerja

Penyebab burnout

Burnout sering kali berakar dari pekerjaan. Namun, individu yang merasa terlalu banyak bekerja dan diremehkan berisiko mengalaminya, mulai dari pekerja kantoran yang bekerja keras dan tak pernah libur selama bertahun-tahun, hingga ibu rumah tangga yang lelah merawat anak-anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Namun, burnout tidak hanya disebabkan oleh pekerjaan yang penuh tekanan atau terlalu banyak tanggung jawab. Ada faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap kondisi ini, termasuk gaya hidup dan kepribadian seseorang.

Faktanya, apa yang kita lakukan di waktu senggang dan bagaimana kita memandang dunia dapat memainkan peran yang sama besarnya dalam memicu stres yang luar biasa.

Penyebab burnout terkait pekerjaan, seperti:

  • Merasa memiliki sedikit atau tidak ada kendali atas pekerjaan.
  • Kurangnya pengakuan atau penghargaan atas capaian pekerjaan yang positif.
  • Ekspektasi pekerjaan yang tidak jelas atau terlalu menuntut.
  • Melakukan pekerjaan yang monoton atau tidak menantang.
  • Bekerja di lingkungan yang kacau atau bertekanan tinggi.

Orang yang mengalami burnout merasa kosong dan lelah secara mental, tanpa motivasi, dan tak merasakan kepedulian. Mereka sering kali tidak melihat harapan akan adanya perubahan positif dalam situasi tersebut.PEXELS/MIKOTO.RAW Orang yang mengalami burnout merasa kosong dan lelah secara mental, tanpa motivasi, dan tak merasakan kepedulian. Mereka sering kali tidak melihat harapan akan adanya perubahan positif dalam situasi tersebut.
Gaya hidup penyebab burnout:

  • Bekerja terlalu banyak, tanpa cukup waktu untuk bersosialisasi atau bersantai.
  • Kurangnya hubungan dekat dan mendukung dengan orang lain.
  • Mengambil terlalu banyak tanggung jawab, tanpa bantuan yang cukup dari orang lain.
  • Tidak cukup tidur.

Kepribadian yang dapat berkontribusi terhadap burnout:

  • Kecenderungan untuk perfeksionis atau merasa tidak pernah cukup baik.
  • Pandangan pesimis terhadap diri sendiri dan dunia.
  • Kebutuhan untuk memegang kendali atau keengganan untuk mendelegasikan tugas kepada orang lain.
  • Mematok prestasi tinggi.

Baca juga: 9 Jenis Rutinitas Pagi Hari untuk Menghindari Stres

Tanda burnout

Melansir Verywell Mind, burnout bukanlah gangguan psikologis yang dapat didiagnosis. Meski begitu, tidak berarti bahwa burnout dapat disepelekan.

Berikut adalah beberapa tanda burnout yang paling umum terjadi:

  • Keterasingan dari aktivitas terkait pekerjaan

Individu yang mengalami burnout memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang membuat mereka semakin stres dan frustasi. Mereka mungkin menjadi sinis tentang kondisi kerja mereka dan orang-orang yang bekerja dengan mereka. Secara emosional, mereka mungkin juga menjauhkan diri dan mulai merasa mati rasa tentang pekerjaan mereka.

  • Gejala fisik

Stres kronis dapat menimbulkan gejala fisik, seperti sakit kepala dan sakit perut atau masalah pencernaan.

  • Kelelahan emosional

Burnout menyebabkan seseorang merasa dirinya terkuras, tidak mampu menghadapi situssi, dan kelelahan. Mereka sering kekurangan energi untuk menyelesaikan pekerjaannya.

  • Penurunan kinerja

Kelelahan terutama mempengaruhi tugas sehari-hari mereka di tempat kerja, atau di rumah ketika pekerjaan utama mereka seperti merawat anggota keluarga. Individu yang mengalami burnout merasa negatif tentang tugas-tugas yang dikerjakan. Mereka mengalami kesulitan berkonsentrasi dan seringkali kurang kreativitas.

Burnout juga memiliki beberapa gejala yang sama dengan kondisi kesehatan mental serupa, seperti depresi. Individu dengan depresi mengalami perasaan dan pikiran negatif tentang semua aspek kehidupannya, tidak hanya di tempat kerja.

Gejala depresi juga dapat mencakup hilangnya minat pada sesuatu, perasaan putus asa, gejala kognitif dan fisik, hingga pikiran untuk mengakhiri nyawa.

Individu yang mengalami burnout juga lebih berisiko mengalami depresi.

Baca juga: Mengenal Depresi, Apa Gejala dan Perbedaannya Dengan Kesedihan?

Mengatasi dan mencegah burnout

Meskipun istilah burnout mungkin merupakan kondisi yang permanen, kita dapat mencoba mencari solusinya.

Seseorang yang merasa burnout mungkin perlu membuat beberapa perubahan besar dalam lingkungan kerjanya.

Misalnya, cobalah mendekati departemen sumber daya manusia (SDM) atau atasan langsung untuk berbicara tentang masalah tersebut sehingga mereka dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat.

Dalam beberapa kasus, perubahan posisi atau pekerjaan baru mungkin diperlukan untuk mengakhiri burnout. Cara ini juga dapat membantu untuk mengembangkan strategi yang jelas yang demi membantu mengelola stres yang dirasakan.

Kita juga mungkin perlu melakukan perubahan gaya hidup, seperti makan lebih sehat, memperbanyak berolahraga, hingga mengubah kebiasaan tidur yang lebih sehat, untuk mengurangi beberapa efek negatif yang dirasakan akibat pekerjaan dengan stres tinggi.

Berolahraga bisa jadi salah satu cara untuk membantu mengatasi burnout.freepik Berolahraga bisa jadi salah satu cara untuk membantu mengatasi burnout.
Liburan mungkin juga dapat memberikan ketenangan sementara, tetapi sejenak jauh dari kantor saja sebetulnya tidak akan cukup untuk membantu mengatasi burnout.

Cobalah menjadwalkan jeda secara teratur dari pekerjaan dan melakukan pembaruan rutinitas.

Terakhir, berbicaralah dengan profesional kesehatan mental untuk membantu kita menemukan strategi yang tepat dalam mengatasi burnout.

Baca juga: Rahasia Sederhana untuk Mengurangi Risiko Depresi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com