“Baik di restoran, museum, pusat perbelanjaan atau jalur pejalan kaki di tempat hiking popular, anak-anak di Jepang terlihat tenang dapat mengendalikan dirinya, tidak seperti putra saya yang berlarian melewati seorang nenek dengan tongkat dan berisik,” tulis Buechner.
Baca juga: Mengajak Anak Mengenal Diri melalui Art Therapy
5. Bekal, hal terpenting bagi ibu Jepang
Mayoritas ibu yang tinggal di perkotaan harus beradaptasi dengan kesibukannya dan membuat makanan yang mudah dibuat bagi anak-anaknya. Namun, ibu di Jepang selalu mengatur dan memperhatikan makanan mereka, apalagi jika sudah bicara tentang bento (bekal makan siang) anak.
Buechner menuliskan bahwa para ibu di Jepang tidak keberatan untuk bangun lebih awal dibanding anggota keluarganya yang lain untuk menyiapkan makanan sehat.
Mereka juga memastikan makanan dan lauk pauk di dalam bento terlihat berwarna-warni sehingga anak menghabiskan seluruh isinya.
“Para ibu di Jepang memiliki standar tinggi untuk bekal makan siang anak-anak mereka dan bangun lebih pagi untuk menyiapkan makanan sehat yang terlihat imut. Ikan, sayuran, tahu, rumput laut, dan onigri (nasi kepal) dibentuk menyerupai binatang atau tanaman,” tulis dia.
Baca juga: Anak Sulit Makan? Yuk, Buatkan Kreasi Bento
6. Tidak ada hal yang “sesuai untuk anak”
Jika mayoritas negara memiliki sertifikasi “khusus dewasa” sebagai peringatan bahwa suatu material mengandung kekerasan atau seksualitas, Jepang tidak begitu.
“Tidak ada seorang pun di Tokyo yang terlihat kaget saat trailer film Resident Evil diputar sebelum penayangan Toy Story 3. Senjata mainan yang terlihat ralistis dijual bebas di toko mainan. Bahkan, adegan seksual sering terlihat di komik,” tulisnya.
Apa alasannya?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.