KOMPAS.com - Para pengguna media sosial Twitter di Tanah Air belakangan mungkin mulai familar dengan nama Dr. Faheem Younus MD.
Ahli kesehatan asal Amerika Serikat ini kerap membagikan kicauan terkait kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia.
Uniknya, sejumlah tulisan itu disampaikan dalam Bahasa Indonesia. Mungkin, agar pesannya dapat dipahami secara luas oleh masyarakat di sini.
Baca juga: Hati-hati, Jangan Beri Antibiotik untuk Anak yang Terinfeksi Covid-19
Padahal, dia sama sekali tak bisa berbahasa Indonesia. Dengan demikian, tentu upaya Younus layak diacungi jempol.
Agaknya, dia menggunakan mesin penerjemah untuk memastikan pesannya tersampaikan dengan tepat.
Berbagai informasi yang diberikan oleh Younus dikenal sangat efektif sekaligus aplikatif.
Dalam praktik saya, kasus COVID aktif yang parah terjadi hampir secara eksklusif pada orang yang belum mendapat vaksin.
Kamu bisa pilih u/ divaksin atau percaya teori konsporasi.
— Faheem Younus, MD (@FaheemYounus) July 9, 2021
Banyak warganet yang mengaku terbantu saat menghadapi Covid-19 karena cuitannya.
Namun, siapa sebenarnya ahli kesehatan yang sangat peduli pada masyarakat Indonesia ini?
Dr. Faheem Younus MD sudah menjalani profesi sebagai dokter lebih dari 20 tahun.
Dia menyelesaikan pendidikan kedokterannya King Edward Medical University, yang dilanjutkan dengan pendidikan di berbagai universitas lain, termasuk University of Maryland School of Medicine.
Kicauan yang sangat bermanfaat tak lepas dari latar belakangnya sebagai spesialis penyakit menular ternama di Bel Air, Maryland.
Tak heran, dia memiliki pemahaman dan kapasitas untuk memberikan arahan selama masa pandemi ini.
Keahliannya sudah sangat dikenal di dunia kesehatan internasional termasuk dengan berafiliasi dengan beberapa rumah sakit ternama.
University of Maryland Upper Chesapeake Medical Center dan University of Maryland Harford Memorial Hospital adalah beberapa di antaranya.
Sebagai spesialis penyakit menular, Younus memiliki kapasitas mencegah, mendiagnosis, dan mengobati berbagai macam penyakit menular.
Dia juga memberikan edukasi bagi pasien yang bepergian ke tempat di seluruh dunia yang memiliki tingkat penyakit menular yang tinggi, seperti malaria.
Baca juga: Anosmia akibat Covid-19 Bikin Tak Selera Makan? Coba Cara Ini
Saat ini, Younus juga menjabat sebagai akademisi dengan status Adjunct Associate Professor di School of Medicine, University of Maryland.
Younus terlibat dalam berbagai program inovatif seperti mengembangkan dan mempertahankan keselamatan pasien dan program kualitas di Harford Memorial dan Upper Chesapeake Medical Center.
Dia juga memberikan pengawasan strategis untuk program pengalaman pasien, serta dikenal sebagai ahli manajemen perubahan.
Dia kondang karena kemampuannya menyelaraskan tim multidisiplin dalam berbagai kegiatan kerjasama.
Pria berusia 49 tahun ini juga adalah pelopor berbagai program, seperti daftar periksa untuk penempatan lini sentral, pengawasan antimikroba, dan kesehatan jarak jauh.
Dia memenangi sejumlah penghargaan di dunia kedokteran dan mengantongi Certified Physician Executive (CPE).
Termasuk pula penghargaan Top Doc selama dua tahun berturut-turut pada 2017 dan 2018.
Berbagai cuitannya soal penanganan pandemi di Indonesia agaknya tak lepas karena tingginya rasa kemanusiaan yang dia miliki.
Baca juga: Cegah Penularan Covid-19, Perlukah Pakai Masker di Rumah?
Sepanjang kariernya, dia telah menunjukan kepedulian yang sangat tinggi terhadap sesama manusia, terlepas latar belakang negara.
Hal ini dibuktikan dengan statusnya sebagai board member dari Humanity First of USA, organisasi nirlaba yang fokus pada berbagai aktivitas sosial.
Ia juga menerima penghargaan Presidential Service Award pada 2008 dari Presiden Barack Obama atas kiprah kemanusiaannya.