Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata Resiliensi Orang Indonesia Tergolong Rendah, Apa Artinya?

Kompas.com - 10/07/2021, 16:04 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

"Seperti tidak bisa bertemu teman, nongkrong, atau berpergian ke suatu tempat," kata dia.

"Kalau resiliensi rendah ini dibiarkan berkepanjangan akan berdampak buruk bagi masing-masing individu, dan dapat berpengaruh pada aktivitas kehidupannya sehari-hari," lanjut dia.

Dampak buruk dari resiliensi yang rendah yakni semakin meningkatnya gangguan depresi, emosi negatif, gangguan fisik, menurunnya emosi positif, kepuasaan hidup, dan kebahagiaan.

Bahkan, Bagus mengungkapkan, resiliensi yang sangat rendah juga bisa mengalami kesedihan yang mendalam dan kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas harian.

Baca juga: Mampu Hilangkan Kecemasan, Yoga Tak Selalu soal Pose Ajaib

Daya lenting rendah tapi fleksibilitas tinggi

Meski resiliensi atau daya lenting terhadap pandemi Covid-19 rendah, namun orang Indonesia cenderung memiliki kelenturan yang cukup tinggi.

Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia dan tim pakar Satgas Penanganan Covid-19 Bidang Perubahan Perilaku, Turro S. Wongkaren memberikan sedikit penjelasannya.

Menurut dia, kelenturan yang tinggi ini berarti orang Indonesia tetap merasa stres dan tertekan pada masalah, khususnya pandemi.

Dia menyebut, orang Indonesia bakal menganggapnya sebagai sebuah cobaan yang memang harus dijalani.

"Kalau dalam bahasa Jawa-nya kita sebut sebagai 'nrimo', ya. Jadi, walaupun ada berbagai masalah ya kita cenderung pasrah dan menerima saja," ujar dia.

Penyebab dari kelenturan yang tinggi ini bisa dilihat dari berbagai macam faktor, seperti idenditas agama, budaya, dan sebagainya.

"Tapi, saya melihat yang paling utama adalah faktor agama. Di mana, orang Indonesia saat menghadapi masalah akan selalu melihat kekuatan yang lebih tinggi yakni Tuhan."

"Dan, ya itu tadi menganggapnya sebagai cobaan," papar dia.

Kendati demikian, Turro merekomendasikan agar orang-orang tetap dapat mengembalikan afek positif mereka dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan di rumah.

Sebab, resiliensi bukanlah sesuatu yang kita dapatkan sejak kecil, melainkan kemampuan yang harus diolah untuk mampu membuat diri semakin tangguh dan kuat menghadapi masalah.

"Jadi jangan hanya kelenturannya saja yang tinggi tetapi juga harus menjaga kelentingannya tetap kuat dengan melakukan tindakan-tindakan yang tepat," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com