KOMPAS.com - Warganet Indonesia di Twitter dan Instagram ramai dengan pro kontra terkait rebranding merek pakaian dalam Victoria's Secret (VS) yang mengusung body positivity.
Kehebohan diawali ketika selebgram, Micelle Halim menyatakan kekecewaanya akan pergantian duta brand pakaian dalam tersebut.
Para bidadari Victoria's Secret yang bertubuh ramping dan aduhai itu digantikan sejumlah wanita inspiratif yang dinilai lebih inklusif.
Beberapa diantaranya memiliki tubuh yang dianggap tidak ideal bagi sebagian kalangan. Contohnya Priyanka Chopra, aktris berdarah India yang memiliki tubuh berisi dan Paloma Elsesser, model plus size sekaligus berdarah campuran.
Baca juga: 5 Faktor Penyebab Victorias Secret Kini Kurang Diminati Wanita
Sayangnya, perubahan itu agaknya dianggap menciderai citra produk tersebut bagi sebagian orang. Micelle menyebut sulit memahami perubahan yang dilakukan oleh VS.
"I miss VS Angels!!! kenapa jadi gini sekarang", demikian caption yang disematkan oleh Micelle Halim pada salah satu unggahan di Instagram Story miliknya.
Alih-alih merasa insecure atau tidak nyaman, ia selalu merasa kagum dengan penampilan pada model tersebut kala berlenggak-lenggok di VS Show. Kehadiran model bertubuh gemuk dianggapnya hanya akan merusak konsep acara tersebut.
Komentarnya itu memicu kontroversi dan perdebatan dari banyak pengguna media sosial lainnya. Banyak yang menganggapnya tidak mendukung perempuan dengan menyudutkan para model baru VS itu.
Ia dianggap bersikap toxic dengan mengamini standar kecantikan dan stigma negatif yang masih bertahan ini. Padahal, dunia fashion kini mulai berbenah dengan semakin terbuka dengan konsep cantik yang inklusif.
Baca juga: Komentar Tyra Banks Soal Berakhirnya Era Victorias Secret Angel
Brand Victoria's Secret melakukan sejumlah pembaruan pada bisnisnya termasuk memilih duta yang baru. Terpilihlah VS Collective, tujuh wanita sarat prestasi yang akan terlibat dalam proses produksi sekaligus menjadi duta untuk branding produknya.
Berikut adalah alasan merk asal Amerika Serikat ini melakuan terobosan pada metode marketingnya.
Para bidadari VS memiliki tubuh super langsing, kaki panjang dan didominasi kulit putih. Mereka tampil dengan sayap malaikat lebar dalam peragaan tahunannya.
Konsep ini dianggap tidak relevan dengan kecantikan yang nyata dan melanggengkan stigma kecantikan yang tidak sehat. Kampanye VS dianggap tidak sesuai dengan isu penerimaan tubuh yang seharusnya dilakukan oleh semua wanita.
Dunia kini lebih menyukai konsep real beauty yang terbuka pada semua bentuk tubuh, ras, warna kulit dan perbedaan lainnya. Tak heran jika brand ini sempat menuai kecaman publik beberapa waktu lalu karena dianggap tidak inklusif.
Baca juga: Mari Ucapkan Selamat Tinggal pada Victorias Secret Angel
Victoria’s Secret sering jadi sasaran kritik karena mengobjektifikasi perempuan dan melanggengkan stereotip seksis selama empat dekade terakhir. Produknya, termasuk para modelnya, dianggap hanya memuaskan fantasi pria saja.
Padahal produk ini ditujukan bagi wanita sehingga seharusnya menekankan pada kebutuhan kaum hawa. Hal ini juga berkaitan dengan kenyamanan dan kesesuaiannya.
Kampanye #MeToo di Hollywood sedang berkembang pesat yang dilakukan oleh berbagai pihak. Agaknya, Victoria’s Secret tak ingin ketinggalan dalam isu pemberdayaan perempuan ini.
Buktinya, dipilih sejumlah wanita berdaya, bukan hanya cantik, yang berprofesi sebagai atlet, aktivis dan seniman.
Baca juga: Mengenal 7 Wanita Inspiratif yang Jadi Duta Terbaru Victorias Secret
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.