Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernikahan Tidak Bahagia Bikin Lelaki Umur Pendek, Benarkah?

Kompas.com - 12/07/2021, 15:51 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber WebMD

KOMPAS.com – Semua orang yang berpikir untuk menikah pasti mendambakan ikatan yang bahagia dan langgeng hingga maut memisahkan.

Tidak ada orang pun di dunia ini yang ingin pernikahan menjadi berantakan dan tidak bahagia.

Apalagi, jika dampak dari kondisi itu tak ubahnya seperti membunuh diri secara perlahan. 

Memangnya bisa begitu? Jawabannya, bisa.

Baca juga: Pertengkaran antara Saudara Kandung, Bagaimana Mengatasinya?

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan asal Israel, Shahar Lev-Ari, pernikahan yang tidak bahagia dapat meningkatkan risiko stroke atau pun kematian dini.

Menurut Lev-Ari, peningkatan risiko itu sama seperti risiko yang dialami oleh seorang perokok atau mereka yang tidak menjalani gaya hidup sehat.

Pria Israel yang menyatakan ketidakpuasan dengan pernikahannya, diperkirakan 94 persen lebih mungkin menderita stroke selama tiga dekade masa tindak lanjut, dan 21 persen lebih mungkin meninggal karena sebab lainnya.

Menurut para peneliti, jumlah itu lebih besar dibanding risiko kematian pada pria perokok, dan para pria dengan gaya hidup buruk.

Disebutkan, masing-masing kelompok pria dari kedua gaya hidup tersebut "hanya" 37 persen dan 21 persen lebih mungkin mati karena berbagai sebab.

“Menilai kepuasan perkawinan dan manfaat kesehatan dari program pendidikan perkawinan untuk pasangan muda harus dilaksanakan."

"Hal ini penting sebagai bagian dari strategi promosi kesehatan untuk masyarakat umum," kata Lev-Ari yang adalah Kepala Promosi Kesehatan di Tel Aviv University School of Public Health ini.

Baca juga: Orangtua Sering Membentak Anak, Ini 6 Dampak Buruknya

Lantas, apa hubungan antara kedua hal tersebut?

Menurut para ahli, pria yang tidak bahagia dalam pernikahan lebih berpotensi menderita masalah kehidupan, seperti depresi, kecemasan, dan stres.

Nah, semua kondisi tersebut pada gilirannya dapat meningkatkan risiko stroke.

Apalagi, biasanya para pria mengatasi perasaan stres dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti meminum minuman keras, merokok, memakan makanan tidak sehat, atau bahkan menggunakan obat terlarang.

Halaman:
Sumber WebMD
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com