Namun, ini juga berkaitan dengan persepsi. Seseorang menganggap dirinya susah gemuk padahal banyak makan belum tentu sebenarnya makan lebih banyak daripada yang lain.
Contoh, individu tersebut hampir setiap hari minum minuman manis. Minuman tersebut memang tinggi kalori, namun bisa saja individu tersebut menjadi terlalu kenyang karena minuman itu dan akhirnya porsi makannya berkurang atau lebih sedikit ngemil.
Atau, bisa saja individu tersebut makan pizza -makanan yang terbilang tinggi kalori, namun memakannya dengan perlahan sehingga ia cepat kenyang lalu berhenti setelah makan beberapa potong.
"Jadi ketika asupan kalori keseluruhan mereka dihitung, bisa jadi mereka sebetulnya tidak makan sebanyak yang kita pikirkan," ucap Chief Medical Officer dari Pennington Biomedical Research Center, Dr Frank Greenway.
"Mereka bisa saja hanya makan makanan padat kalori, hal yang dianggap oleh sebagian orang lainnya sering kali membuat mereka makan berlebih.
Aktivitas fisik juga bisa berpengaruh.
Seseorang yang menganggap dirinya susah gemuk padahal banyak makan mungkin saja sebetulnya melakukan banyak gerak.
Aktivitas fisik yang dilakukannya tak mesti olahraga berat atau menghabiskan waktu lama di gym. Bisa saja mereka punya pekerjaan yang aktif, terbiasa jalan cepat, atau mungkin menghabiskan waktu menjaga anak-anak yang banyak berlari.
Bahkan, Melanson mengatakan, sejumlah bukti menemukan bahwa beberapa orang secara genetik cenderung ingin menggerakkan tubuhnya.
Kecenderungan tersebut dapat meningkatkan metabolisme tubuh seseorang dan membakar banyak energi sepanjang waktu, sekalipun ia tak melakukan aktivitas olahraga.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.