Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/07/2021, 16:07 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Penyakit saraf terjepit atau Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab keluhan nyeri, bahkan berkurangnya kemampuan gerak tubuh. Kini kondisi ini bisa diatasi tanpa operasi.

Saraf terjepit merupakan kondisi yang disebabkan oleh menojolnya bantalan tulang belakang sehingga menjepit saraf belakang.

“HNP dapat terjadi pada semua ruas tulang belakang, tetapi yang paling sering terjadi yakni di segmen lumbal (pinggang) dan ruas leher,” papar dr.Mustaqim Prasetyo, dokter spesialis bedah saraf yang akrab disapa Tio ini.

Dijelaskan olehnya, ada beberapa penyebab utama HNP antara lain bertambahnya usia sehingga elastisitas bantalan berkurang.

“Efek peredamnya jadi berkurang sehingga rentan trauma,” paparnya dalam acara talkshow virtual yang digelar oleh Klinik Nyeri Dr.Indrajana Jakarta (15/7/2021).

Baca juga: 7 Tanda Kerusakan Saraf

Meski begitu, orang muda pun bisa menderita HNP. Penyebabnya mulai dari trauma berulang, jatuh terduduk, trauma olahraga, atau terlalu sering berada di posisi tidak ergonomis.

Misalnya saja mengangkat beban berat dengan posisi yang salah atau kebiasaan menunduk dalam waktu lama saat memakai gadget.

HNP yang terjadi di bagian pinggang akan memicu nyeri di satu sisi dan menjalar ke bokong atau tungkai. Sementara di bagian leher akan membuat penderita merasakan nyeri tajam di leher atau tulang belikat dan menjalar ke bahu, lengan, atau jari tangan.

“Kadang-kadang ada rasa kesemutan atau baal. Nyeri itu akan memburuk saat kita berubah posisi,” papar Tio.

Baca juga: 5 Langkah Jitu Mengatasi Nyeri Punggung Tanpa Obat

Pengobatan non-invasif

Dulu kondisi saraf terjepit diatasi dengan melakukan operasi terbuka yang cenderung tinggi risiko dengan waktu pemulihan lebih lama. Kini kemajuan pengobatan memungkinkan tata laksana nyeri dengan teknik intervensi.

“Kini dunia medis sudah berkembang semakin maju dengan adanya Interventional Pain Management (IPM) yang menerapkan teknik-teknik intervensi untuk menangani nyeri subakut, kronik, persisten, dan nyeri yang sulit diatasi, baik secara independen maupun bersama dengan modalitas terapi lainnya,” papar Dr. dr. Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP, dalam acara yang sama.

Teknologi IPM ini dapat berupa injeksi kortikosteroid, radiofrekuensi ablasi, laser, kateter RACZ, endoskopi tulang belakang, dan yang paling terbaru adalah DiscFX.

“Semua teknologi ini akan membantu menangani nyeri tulang belakang yang menjadi salah satu keluhan utama penderitanya saat berkonsultasi dengan dokter,” jelas Ketua Indonesian Neurosurgical Pain Society (INPS) ini lebih lanjut.

Dijelaskan oleh dr. Danu Rolian, SpBS, Teknik IPM untuk atasi nyeri tanpa operasi adalah kateter RACZ yang berukuran mikro dan akan dimasukkan ke dalam rongga epidural di tulang belakang.

Baca juga: 3 Gejala Saraf Kejepit yang Perlu Diwaspadai

“Kateter RACZ ini juga disebut dengan neuroplasty epidural ini akan menghantarkan obat-obatan tertentu untuk mengurangi peradangan atau iritasi saraf sehingga nyeri menjadi berkurang atau mereda. Prosedur kateter RACZ ini hanya membutuhkan waktu 30-45 menit, sehingga tidak perlu rawat inap sehingga pasien bisa langsung pulang,” jelas Danu.

Teknologi IPM terbaru lainnya adalah teknologi DiscFX yang dapat mengatasi jepitan saraf tulang belakang sehingga nyeri bisa tuntas.

Keunggulan DiscFX, tindakan ini hanya memerlukan sayatan kecil sehingga biusnya cukup lokal saja dan tanpa rawat inap.

“Proses tindakan juga cepat dan dapat dilakukan pada beberapa bantalan tulang yang menonjol sekaligus.”

Dibandingkan dengan teknologi sebelumnya, DiscFX ini dapat memberikan perbaikan kualitas hidup penderita saraf terjepit lebih baik karena dapat terbebas dari siksaan nyeri akibat saraf terjepit.

Baca juga: Gadget Bisa Picu Kerusakan Saraf, Apa Gejalanya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com