Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/07/2021, 09:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AKU RINDU hari-hari tanpa kabar duka...,” kata Ernest Prakasa di salah satu postingan instagramnya, baru-baru ini.

Ucapan yang rasanya mewakili perasaan banyak orang, belakangan ini.

Betapa seringnya kita melihat kabar duka cita berseliweran di berbagai media sosial, begitu banyak kehilangan terjadi, yang itu sebagian besar karena wabah virus yang menghantui kita nyaris dua tahun ini.

Kehilangan, atau berduka, adalah perasaan yang sering kali tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Sebab, rasanya campur baur tak keruan, segala bentuk emosi timbul dan tenggelam karenanya.

Sayangnya, kita yang kini sudah dewasa kerap mengartikan kehilangan sebagai emosi negatif yang harus segera disingkirkan.

Bias dari kebiasaan sejak kecil, ketika air mata mengalir maka orang dewasa akan segera mengambil alih dengan mengatakan, “Cup..cup sudah, jangan nangis. Nanti beli yang baru…” atau “Sudah berhenti nangis, masa gitu aja nangis....

Terlebih lagi anak laki-laki. Pamali sekali sepertinya menangis.

Padahal, kita manusia. Artinya, kita berhak merasakan apa pun emosi yang terjadi.

Apa salahnya menangis? Apa salahnya berduka?

Ini sama dengan bahagia, cemburu, marah, kecewa, bangga, dan sejuta perasaan lain yang bisa dinamakan dan diterima ketika hadir menghiasi hari-hari kita.

Menyetop emosi dan menahannya hingga tak tampak dari luar tidak akan membuat emosi itu pergi begitu saja. Sebab, begitulah alaminya manusia.

Kita akan berada di moda bertahan ketika terus menerus menahan emosi. Perasaan itu hanya akan ditumpuk di bagian otak, dan siap-siap suatu saat nanti meledak tak keruan.

“Buka kerannya pelan-pelan!” adalah hal yang lebih baik dilakukan Ketika mengalami perasaan apa pun.

Uji coba dulu dengan diri sendiri. Ketika mengalami kesedihan atau kekecewaan, coba rasakan dan terima.

Katakan, “Aku sedang sedih saat ini, dan itu tidak apa-apa.” Lalu bersedihlah. Menangis, jika terasa ingin menangis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com