Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yasmina Hasni
Praktisi Parenting

Praktisi parenting. Co-founder Taman Main Petualang. Ibu dua anak.

Tentang Kehilangan...

Kompas.com - 18/07/2021, 09:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Cari teman bercerita, jika ingin bercerita. Terlihat rentan bukan sinyal dari lemah. Tidak.

Mengakui yang sedang dirasakan, menerimanya, dan membiarkan perasaan itu menghabiskan banyak energi seketika, adalah hadiah terbaik yang bisa kita berikan bagi diri sendiri.

Karena, ketika kita membuka kerannya perlahan dan membiarkan rasa itu mengalir, sumbatan tidak akan terjadi. Seluruh tubuh kita akan menerima rasa itu, seluruh tubuh kita akan bekerja sama untuk moda sedih dan berduka.

Menerima akan membuat kita jadi jauh lebih mudah untuk berpikir tenang dan logis. Membuat kita bisa menganalisis kejadian dari berbagai sudut pandang dan pada akhirnya akan lebih mudah untuk mengikhlaskan.

Kehilangan dan anak

Jika kita saja kesulitan menghadapi rasa kehilangan, bayangkan bagaimana pada anak-anak yang pengalaman hidupnya masih amat sedikit.

Bayangkan apa yang mereka rasakan, jika kita memaksa mereka untuk dengan cepat memproses kejadian demi kejadian yang tidak mereka mengerti.

Jadi harus bagaimana?

Pertama, ada. Iya, ada untuk mereka. Tidak usah banyak bicara, apalagi ceramah.

Bayangkan kita kehilangan anggota keluarga, lalu kerabat datang dan menceramahi. Menyuruh kita untuk sabar, meminta kita untuk tabah dan segera melupakan kejadian tersebut.

Apakah terasa nyaman?

Bandingkan dengan sikap penuh empati, dengan duduk di samping, tanpa suara. Merangkul atau memeluk dalam diam, membiarkan kita menangis, berteriak, dan menumpahkan segala rasa yang sedang berusaha kita cerna.

Iya, sesederhana itu; ada.

Lalu, namai perasaannya. “Adek sedih sekali, sampai menangis keras, karena rasanya enggak enak sekali…” bisa dikatakan dengan intonasi lembut dan penuh sayang.

Iya, namai saja perasaannya. Sedih. Kecewa. Marah. Gusar. Cemburu.

Karena menamai perasaan akan membantunya untuk mengenal dirinya sendiri dan menerima dirinya apa adanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com