Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Kalimat yang Bisa Hancurkan Kepercayaan Anak pada Orangtua

Kompas.com - 22/07/2021, 11:41 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

"Ayo kita mengambilnya bersama-sama. Ibu harap, kita bisa ingat buat membersihkannya setelah selesai bermain nanti.”

Anak-anak yang merasa bahwa orangtua mereka berada di pihaknya akan termotivasi untuk berusaha mengesankan orangtua di masa depan.

5. “Katakan pada nenek apa yang kamu lakukan tadi pagi”

Setelah anak melakukan kesalahan, beberapa orangtua biasanya membuat anak mengakui kesalahan itu pada orang lain agar anak bertobat.

Hal ini bukan hanya mempermalukan dan menyakiti anak, tetapi membuat anak tidak lagi mempercayai orangtua sebagai tempatnya mencurahkan emosi.

Orangtua, harus menjadi orang pertama yang memantau perkembangan emosional dan sosial anak, termasuk melihat berbagai kesalahan yang menjadi bagian perkembangan anak.

Anak selalu ingin membuat orangtua senang dan akan bekerja keras untuk mencapai tujuannya itu jika orangtua menyadari perilaku positif yang mereka buat.

Jadi, saat meminta anak untuk mengungkapkan pengalaman memalukan itu, orangtua bisa mengikis kepercayaan anak, yang seharusnya menjadi pelindung mereka.

Ketika anak-anak membuat kesalahan, bantu mereka menyadari bahwa mereka tidak membuat pilihan yang cerdas. Ampunilah anak dan move on.

Jaga kerahasiaan insiden yang telah terjadi. Dan jika orangtua membaginya dengan seseorang, lakukanlah secara pribadi, jauh dari anak.

6. “Apa kamu tahu kalau ayah selingkuh?”

Salah satu hal terbaik dalam masa kanak-kanak adalah sisi polos dan keyakinan mereka pada berbagai hal di dunia ini.

Anak akan merasa paling aman saat orangtua mereka adalah orang dewasa yang percaya diri, mampu, dan kuat dalam menangani masalah orang dewasa dan membiarkan anak-anak tetap memiliki kepolosannya.

Saat orangtua membicarakan masalah yang tidak pantas, hanya kebingungan, ketakutan, dan rasa depresi yang timbul pada anak.

“Mungkin orangtua selalu tergoda untuk curhat dan membuat anak mendukung kita saat terlibat konflik dengan orangtua lain."

"Namun, tahan diri,” kata Kathy Eugster, MA, konselor dan terapis bersertifikat.

“Meski anak terlihat senang dan bisa beradaptasi, meminta dukungan pada anak bisa menghancurkan rasa kepercayaan anak dan menjadi masalah di kemudian hari,” tambah dia.

Kathy berpendapat, hal yang diperlukan anak adalah melihat bagaimana orangtua mengendalikan hal yang terjadi dan memahami apa yang dilakukan.

Ingatlah, mereka anak-anak dan orangtua adalah orang dewasa dengan masalah orang dewasa.

7. “Gak sakit kok

Orangtua biasanya mencoba untuk meminimalisasi rasa sakit anak. MIsalnya, dengan mengatakan bahwa disuntik itu tidak sakit.

Baca juga: Manfaat Rutinitas dan Pengulangan dalam Mendidik Anak

Memang, luka suntik kecil akan sembuh dengan sendirinya. Namun, tidak merasakan sakit sama sekali setelah disuntik itu tidak mungkin.

Saat orangtua menjanjikan pada anak bahwa sebuah suntikan tidak menyakitkan dan ternyata tidak, rasa percaya antara orangtua dan anak melemah.

Meski orangtua ingin meminimalisasi rasa sakit anak, kehilangan kepercayaan bisa lebih merusak dalam jangka panjang.

Lebih baik, katakan, “Ini akan sakit sedikit. Tapi tidak apa-apa, pasti cepat selesai kok."

"Menangis juga tidak apa-apa, Ibu akan memegang tanganmu. Ibu bangga sekali pada kamu karena membiarkan dokter membuat kamu tetap sehat!”

8. “Kamu keras kepala ya, sama seperti ayah”

Setiap anak ingin merasa penting dan dilibatkan, meski ada di antara orang dewasa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com