Apa yang kita lakukan tidak sepenting apa yang kita rasakan. Yang penting, kita bisa terlibat dalam aktivitas yang menenangkan dan kita sukai.
Luangkan waktu lebih untuk bercermin pada aspek positif hidup dibanding hal yang ingin kita tingkatkan.
Baca juga: Tips Membesarkan Anak Menjadi Seorang yang Optimistis
Sebuah jurnal besyukur bisa membantu. Coba mulai hari dengan menuliskan tiga orang atau hal yang membuat kita berterima kasih.
Renungkan mengapa hal-hal atau orang-orang ini berharga bagi kita.
Cobalah untuk tetap baik pada orang lain, meski kita sedang dalam keadaan stres, atau saat kita merasa sedang diuji.
Dalam banyak kasus, melakukan kebaikan lebih bermanfaat bagi si pemberi daripada bagi si penerima loh.
Wajar jika pikiran negatif muncul sesekali. Namun, hidup memang rumit. Davidson mengatakan, menantang pikiran negatif adalah hal yang baik.
Misalnya, mungkin kita berpikir kalau menderita kanker adalah takdir. Alih-alih berpikiran seperti itu, balikkan dengan pemikiran yang lebih positif.
Misalnya, “Banyak orang dengan kanker berumur panjang dan memiliki hidup yang indah.”
Terakhir, pastikan untuk mengelilingi diri kita dengan orang-orang yang cenderung berpikir positif, bukan para "Debbie Downer" yang selalu berpikir negatif.
Memang, setiap orang memiliki setidaknya satu teman atau anggota keluarga yang hobi mengeluh tentang berbagai hal.
Sayangnya, hal negatif bisa menular. Namun, kita tidak harus menghentikan pengeluh ini sepenuhnya.
Pastikan saja kita memiliki sekelompok orang optimistis yang bisa melawan energi negatif yang kita hadapi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.