KOMPAS.com – Anak usia pra-remaja biasanya memiliki satu sifat baru yang bikin orangtua pusing: kasar dan suka memberontak. Namun, sebenarnya hal itu normal.
Pasalnya, masa pra-remaja adalah transisi dari masa kanak-kanak menjadi seorang remaja dan sifat melawan yang tumbuh adalah bukti dari proses perubahan anak menjadi seorang remaja.
Anak dalam masa pra-remaja memang membawa pertumbuhan dan perubahan hormonal yang mengejutkan bagi orang dewasa.
Karena itu, tidak mengagetkan jika orangtua bingung saat melihat anak kecilnya mendadak berubah memasuki masa pubertas dan berusaha menghadapi semua kebingungan mereka.
Sementara itu, anak-anak pra-remaja mulai merasa selalu kesal pada orangtua mereka, mengubah minat mereka, dan lebih tertarik pada teman-temannya, film, dan semua yang terlihat “keren.”
Stacey dari The Soccer Mom Blog pun menjelaskan bahwa transisi ke masa pra-remaja bisa menjadi masa paling kacau bagi anak.
Untuk itu, Stacey menyarankan agar orangtua mengingat kembali masa pra-remaja mereka dan betapa brutalnya masa transisi kita.
Pasti kita akan merasa geli saat mengingat kecanggungan dan masalah yang kita alami dulu.
"Hormon kita berantakan, sekolah terasa makin sulit, anak-anak bisa menjadi kasar, dan terkadang kita merasa dunia melawan kita,” tulis Stacey.
Semua stressor ini juga ada pada anak kita. Sayangnya, melawan dan kasar adalah bagian dari ini.
Pasalnya, masa pra-remaja adalah saat di mana anak ingin menjadi dirinya sendiri dan selalu ingin mengekspresikan pemikiran dan perasaan mereka.
Selain itu, anak pra-remaja biasanya ingin memiliki otoritas atas kehidupan mereka sehari-hari.
Caranya, bisa dengan menghabiskan hidup lewat apa yang mereka sukai lebih sering, namun melakukan apa yang diperintahkan orangtua lebih jarang.
Artinya, orangtua memasuki tahap baru dalam mengasuh anak, dan jauh lebih menantang, tentunya.
Perilaku dan kekasaran anak juga bisa hadir dalam berbagai bentuk, meski semuanya memiliki tujuan sama: membuat kita tampak seperti orangtua yang buruk.
Jika sulit menyadarinya, berikut tanda-tanda anak memasuki usia pra-remaja:
Baca juga: 7 Tanda Anak Remaja Sedang Mencari Jati Diri
Lantas, bagaimana cara menangani anak pra-remaja dan sifat kasar mereka?
Berikut jawabannya.
Tanyakan apa masalah mereka
Ada alasan mengapa anak bersikap kasar, dan biasanya, hal ini disebabkan karena ada sesuatu yang mengganggunya.
Dengan bertanya, kita terlihat lebih peduli. Dengarkanlah masalah mereka secara seksama tanpa sanggahan.
Berikan pertanyaan yang dapat membuat kita lebih memahami apa yang anak rasakan dan apa yang diperlukan untuk memecahkan masalah mereka.
Alih-alih langsung memberi solusi, ada baiknya kita tetap menjaga komunikasi. Hal ini penting, mengingat anak sudah bertambah dewasa.
Tanyakan apa yang anak butuhkan dari kita untuk membantu memecahkan masalah mereka.
Manawarkan untuk melakukan apa yang diinginkan anak menjadi tanda bahwa kita menghormati mereka.
Memang sulit, namun masa pra-remaja adalah masa di mana orangtua perlu membebaskan anak perlahan.
Ingat, penting bagi pra-remaja untuk mendapatkan kepercayaan dan penghargaan berupa kebebasan dan kepercayaan dari kita.
Baca juga: 5 Tips Jadi Orangtua Keren di Mata Anak Remaja
Jangan diambil hati
Menangani anak usia pra-remaja tidak semudah yang dikatakan. Perilaku kasar anak akan terus terlihat dari waktu ke waktu. Saat itu terjadi, penting bagi orangtua untuk tidak bereaksi dan tersinggung.
Meski anak mengatakan bahwa kita membosankan dan tidakmenyetujui aturan di rumah, kita tidak boleh marah.
Memang sulit, namun menahan diri dapat mengajarkan anak bagaimana seharusnya kita bereaksi. Kita juga tidak perlu merasa terganggu pada kata-kata anak.
Anak memang tidak boleh terus mengata-ngatai kita. Namun, kita juga tidak perlu ikut marah atau bereaksi.
Lebih baik, berikan pemahaman agar mereka berlaku baik dan tidak lagi kasar. Anak akan mendengarkan, karena dia tetap mencintai kita.
Sama seperti ketika anak masih kecil, ia memandang orangtua sebagai pelindung, karena mereka mencintai dan mempercayai kita.
Perlu diingat, memarahi anak hanya akan membuat suasana lebih panas dan membuat anak takut.
Untuk itu, The Center for Parenting Education meminta agar orangtua memahami bahwa ini kekasaran anak pra-remaja hanyalah salah satu fase buruk dalam hidup anak dan akan segera berakhir.
Organisasi itu juga menyarankan agar memanfaatkan momen memarahi sebagai momen untuk mengajari anak. Setelah anak lebih tenang, bicaralah tentang apa yang terjadi dan bagaimana cara agar mereka bisa menghindarinya di masa depan.
Katakan apa yang kita harapkan dan inginkan. Jika memahami anak, semua orangtua pasti bisa melewati fase pra-remaja anak dengan mudah.
Baca juga: 10 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak Remaja
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.