Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Naomi Osaka dan Meghan Markle tentang Kesehatan Mental

Kompas.com - 23/07/2021, 14:09 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Vogue

Selain itu, Osaka melakukan pemotretan untuk S.I. dan sampul majalah lainnya tahun lalu, jauh sebelum hiatusnya baru-baru ini.

Baca juga: Belajar dari Naomi Osaka tentang Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

Namun, isu sebenarnya bukanlah tentang hipokrit, tapi tentang perundungan pada seorang wanita Asia berkulit hitam yang harus menjaga kesehatan mentalnya sendiri. Sayangnya, Osaka bukan satu-satunya perempuan birasial yang mengalami hal ini.

Hal serupa terjadi pada Meghan Markle, Duchess of Sussex.

Saat Meghan dan Pangeran Harry berbagi foto keluarga atau mengumumkan proyek baru, para kritikus selalu melontarkan pendapat nyinyirnya.

Apalagi, setelah wawancara Meghan dan Oprah Winfrey pada Maret lalu, saat pasangan itu menjelaskan bahwa mereka mengundurkan diri dari kerajaan setelah Meghan merasa mengalami pembunuhan karakter oleh media tabloid Inggris.

“Meghan dan Harry ingin mendapatkan privasi tapi haus perhatian,” tulis salah satu headline.

Padahal, sama seperti Osaka, Meghan dan Harry tidak pernah meminta privasi penuh, hanya sedikit dihargai.

Mereka hanya ingin bebas dari situasi yang memicu depresi dan kecemasan, tidak pernah mengatakan bahwa mereka tidak ingin menjadi orang biasa yang menjadi sasaran pelecehan rasis dan seksis.

Namun setelah membagikan masalah kesehatan mental mereka, baik Osaka dan Meghan menerima penyerangan, termasuk dari bintang tenis dunia Martina Navratilova, yang mengatakan bahwa Osaka harus lebih kuat.

Tokoh bisnis terkemuka asal Inggris Lord Alan Sugar pun menuduh Meghan berbohong. Beberapa pihak bahkan menyebut hanya ada dua pilihan bagi Meghan dan Osaka: Menerima risiko jadi orang terkenal atau enyah selama-lamanya.

Padahal faktanya, baik Meghan dan Osaka hanya ingin agar mereka juga diberi ruang pribadi.

Meghan berharap jurnalisme lebih bertanggung jawab dan etis, serta internet yang lebih aman dan berbelas kasih. Dia juga melakukan penelitian terkait bagaimana algoritme menargetkan wanita dan anak perempuan kulit hitam.

Sementara dalam cerita sampul Time, Osaka mengatakan bahwa masalah yang dihadapinya bukanlah terhadap media, namun terhadap konferensi pers berformat tradisional.

Menurut Osaka, konferensi pers seperti itu sudah kuno dan butuh perombakan.

“Saya yakin kita bisa membuatnya lebih baik, lebih menarik dan lebih menyenangkan bagi kedua belah pihak. Kurangi subyek-obyek dan lebih peer to peer,” kata Osaka.

Osaka juga sempat menyebut nama Meghan saat mengucapkan rasa terima kasihnya pada orang-orang yang mendukungnya dengan baik saat isu kesehatan mentalnya diangkat ke depan publik.

Seharusnya, ada tempat bagi Osaka dan Meghan untuk mendapat kritik dari media tanpa adanya kata-kata tak pantas pada mereka.

“Ini tentang batasan dan rasa menghargai,” kata Meghan pada Oprah.

Baca juga: Kepada Oprah, Meghan Markle Ungkap Fakta Soal Kerajaan Inggris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Vogue
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com