Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melindungi Generasi Penerus dari Kekurangan Hormon Tiroid dan Pertumbuhan

Kompas.com - 23/07/2021, 18:27 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Walau bayi yang baru lahir terlihat sehat dan menggemaskan, namun bukan tidak mungkin ia menderita kelainan serius yang tak terdeteksi mata. Salah satunya adalah gangguan tiroid atau pun kekurangan hormon pertumbuhan.

Gangguan tiroid pada bayi baru lahir (hipotiroid kongenital) dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan masalah perilaku pada anak, terutama terkait kecerdasannya.

Hal itu sebenarnya bisa diobati dengan mudah sepanjang dilakukan uji tapis (screening test) sedini mungkin. Jika hasil uji tapis ada kelainan, dokter pun bisa mengambil tindakan segera.

Menurut Presiden Direktur PT.Merck Tbk, Evie Yulin, penapisan bisa dilakukan pada bayi baru lahir berusia 3-4 hari.

“Bayi diambil sampel darahnya dari tumit, lalu diteteskan ke kertas saring dan dikirim ke laboratorium. Bayi yang positif mengalami gangguan tiroid dapat dilakukan intervensi dini berupa terapi sulih hormon levo-tiroksin,” kata Evie dalam wawancara secara virtual dengan Kompas.com.

Baca juga: Hipotiroid Kongenital pada Bayi: Gejala dan Penyebabnya

Dia menambahkan, jika terapi ini dimulai sebelum bayi berusia satu bulan, maka tumbuh kembang anak dapat berlangsung normal sesuai potensinya.

Pelatihan screening hipotiroid kongenital pada bayi.Dok Merck Pelatihan screening hipotiroid kongenital pada bayi.

Prevalensi di Indonesia

Prevalensi hipotiroid kongenital (HK) di seluruh dunia 1:3000 dengan prevalensi 1:900 di daerah endemik tinggi. Jika angka kelahiran sebanyak 5 juta bayi/tahun di Indonesia, maka akan terdapat lebih dari 1.600 bayi dengan HK per tahun yang akan terakumulasi tiap tahunnya.

Kondisi tersebut tentu bisa menjadi ancaman bagi generasi penerus. Sayangnya, banyak bayi baru lahir di Indonesia yang tidak ditapis sejak dini.

Merck melalui perusahaan riset pasar Opinion Health, pada Februari 2016 melakukan survei internasional yang melibatkan 1.600 orang Ibu di Eropa, Asia Tenggara, Amerika Tengah atau Selatan, Afrika Selatan, dan Arab Saudi.

Survei menunjukkan bahwa 84 persen responden tidak mengenali gejala gangguan tiroid pada anak.

Di Indonesia sendiri, 58 persen dari responden menyatakan mereka belum pernah membicarakan gangguan tiroid dengan dokter karena tidak mengetahui gejalanya.

Baca juga: 6 Penyebab Hipotiroid yang Perlu Diwaspadai

Kekurangan hormon pertumbuhan

Gangguan hormon lain yang juga berpengaruh pada kesehatan anak, yaitu kekurangan hormon pertumbuhan (Growth Hormone Deficiency/GHD). Gangguan ini juga belum banyak dikenal masyarakat.

“Anak-anak dengan GHD mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama,” kata Evie.

Penanganan yang terlambat pada anak dengan GHD akan mengakibatkan anak sulit untuk mengejar ketinggalan tinggi tubuh yang ideal sesuai dengan usianya.

Anak dengan GHD yang tumbuh menjadi dewasa akan mengalami perubahan fungsional yang tidak spesifik, seperti perubahan kesehatan fisik dan mental, fungsi jantung, dan parameter metabolik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com