Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/07/2021, 13:29 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Sumber Nature

KOMPAS.com - Sebagian pasien Covid-19 mengalami kehilangan penciuman atau anosmia. Namun, tak sedikit di antaranya yang belum memahami tentang penyebab indera penciuman hilang.

Padahal, jika tak kunjung pulih, kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang.

Lalu, apa sebenarnya yang terjadi pada hidung kita ketika mengalami anosmia akibat Covid-19?

Melansir Nature, meskipun mekanisme anosmia akibat Covid-19 belum sepenuhnya dipahami oleh para pakar, ada konsensus yang muncul bahwa kehilangan penciuman pada pasien Covid-19 terjadi ketika virus menginfeksi sel-sel pendukung neuron di hidung kita.

Ketika kehilangan penciuman pertama kali diidentifikasi sebagai gejala Covid-19, para peneliti khawatir virus ini menginfeksi neuron penciuman di hidung yang mengirim sinyal ke bulbus olfaktorius (olfactory bulb) di otak dan virus dapat mengakses otak.

Namun, studi post-mortem dari orang yang terinfeksi Covid-19 menunjukkan bahwa virus ini jarang mencapai otak.

Sebuah tim yang dipimpin oleh ahli neurobiologi di Harvard Medical School di Boston, Massachusetts, Sandeep Robert Datta justru menemukan bahwa infeksi virus mungkin mengenai sel-sel pendukung neuron sensorik di hidung atau dikenal sebagai sel sustentacular.

Datta dan rekan-rekannya memusatkan perhatian pada sel sustentacular karena SARS-CoV-2 menyerang dengan menargetkan reseptor ACE2 pada permukaan sel. Sel sustentacular memiliki banyak reseptor seperti itu, sementara neuron sensorik penciuman tidak memilikinya.

Temuan ini menunjukkan bahwa virus corona menginfeksi sel-sel pendukung, kemudian membuat neuron rentan dan kekurangan nutrisi.

Tapi, kemungkinan ada cara lain yang membuat Covid-19 menjadi penyebab indera penciuman hilang.

Misalnya, tim peneliti di Italia menemukan bahwa kehilangan penciuman dan perasa terjadi bersamaan dengan peningkatan kadar molekul sinyal peradangan yang disebut interleukin-6 dalam darah.

Sebuah studi post-mortem yang diterbitkan Desember lalu juga menunjukkan tanda-tanda peradangan yang jelas pada olfactory bulb orang yang terinfeksi Covid-19, seperti pembuluh darah bocor.

Meskipun para ilmuwan punya beberapa pemahaman tentang mekanisme yang terlibat dalam penciuman, mereka hanya memiliki sedikit gagasan tentang bagaimana pengaruh virus ini terhadap indera penciuman dan perasa.

"Setahu saya, belum ada (ilmuwan) dengan pegangan yang baik tentang itu,” kata ilmuwan pangan dari Pennsylvania State University, John Hayes. Ia adalah ilmuwan yang mempelajari efek Covid-19 pada indera kimia.

Rasa dan chemesthesis adalah indera yang berbeda dari penciuman. Rasa utamanya bergantung pada reseptor rasa di lidah, sedangkan chemesthesis bergantung pada saluran ion pada saraf sensorik.

Halaman:
Sumber Nature


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com