Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/07/2021, 15:08 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Istilah psikologi terbalik atau reverse psychology mungkin tak begitu akrab di telinga kita. Tapi, pada penerapannya, strategi ini banyak digunakan, termasuk dalam hal parenting.

Biasanya, ketika menerapkan strategi ini, orangtua akan menggunakan kata-kata seperti "jangan" atau "tidak seharusnya", tapi mengharapkan respons sebaliknya.

Sederhananya, Psikolog Keluarga dan Pernikahan dari Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani menjelaskan, reverse psychology adalah strategi yang digunakan untuk membuat seseorang melakukan apa yang kita mau dengan cara meminta mereka melakukan hal yang sebaliknya.

Tujuannya adalah membuat orang tersebut melakukan apa yang kita kehendaki.

Contohnya, ketika kita ingin anak belajar menggunakan gunting dengan baik dan benar. Menyuruhnya langsung untuk belajar menggunakan gunting mungkin tidak akan berhasil, tapi melarangnya menggunakan gunting malah mungkin menghasilkan respons sebaliknya.

"Misalnya anak TK lagi belajar menggunakan gunting. "Kamu jangan pakai gunting, belum bisa. Nanti tangannya malah tergunting atau melukai diri sendiri. Bahaya, kamu belum bisa". Reactance anak mungkin mau membuktikan bahwa kita salah sehingga dia coba melakukan."

"Padahal, sebetulnya mungkin yang diinginkan mama dan papanya adalah anak berlatih menggunakan gunting," katta Nadya kepada Kompas.com, Senin (26/7/2021).

Ia menjelaskan, pola pikir yang ada di belakang reverse psychology adalah setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan akan otonomi atau kebebasan terhadap dirinya sendiri. Ini tak hanya pada anak, tetapi juga pada orang dewasa.

Ketika merasa otonominya terancam, maka muncul reaktansi (reactance) atau perlawanan sebagai reaksi kognitif untuk mencoba mengembalikan otonomi tersebut.

"Kita memberikan ilusi kepada orang bahwa otonominya kita ambil. Itu memancing orang tersebut untuk mencoba mengambil kembali (otonomi) dengan melakukan hal sebaliknya."

"Itu seperti menunjukkan: aku akan membuktikan kamu salah," ucap Nadya.

Baca juga: 6 Teknik Relaksasi bagi Anak Pra-remaja untuk Melepas Stres

Kapan reverse psychology efektif?

Strategi ini tak selalu efektif. Efektivitasnya ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk ketepatan waktu (timing), karakteristik orang yang menjadi sasaran, hingga kebutuhannya.

"Ini kan kaitannya strategi. Artinya, perlu tahu kepada siapa dan kapan menggunakannya dengan tepat," kata Nadya.

Mengenai karakteristik, ada sifat-sifat tertentu yang membuat strategi psikologi terbalik menjadi lebih efektif ketika diterapkan pada individu tersebut.

Ketika diterapkan pada orang-orang dengan emosi yang lebih intens dan memiliki energi tinggi lebih, misalnya, cenderung akan lebih efektif daripada jika diterapkan pada orang-orang dengan sifat sebaliknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com