Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sering Terapkan Psikologi Terbalik pada Anak, Ini Sebabnya

Kompas.com - 27/07/2021, 16:22 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Strategi reverse psychology atau psikologi terbalik banyak digunakan dalam parenting.

Secara definisi, reverse psychology adalah strategi yang digunakan untuk membuat seseorang melakukan apa yang kita mau dengan cara meminta mereka melakukan hal yang sebaliknya.

Tujuannya adalah membuat orang tersebut melakukan apa yang kita kehendaki.

Biasanya, ketika menerapkan strategi ini, kita menggunakan kata-kata seperti "jangan" atau "tidak boleh", tapi mengharapkan respons sebaliknya dari anak.

Namun, strategi ini ternyata tak boleh terlalu sering diterapkan. Apa alasannya, ya?

Psikolog Anak dan Keluarga dari Rumah Dandelion, Nadya Pramesrani menjelaskan, efektivitas psikologi terbalik ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk ketepatan waktu (timing), karakteristik orang yang menjadi sasaran, hingga kebutuhannya.

"Ini kan kaitannya strategi. Artinya, perlu tahu kepada siapa dan kapan menggunakannya dengan tepat," ungkap Nadya kepada Kompas.com, Senin (26/7/2021).

Mengenai karakteristik, ada sifat-sifat tertentu yang membuat strategi psikologi terbalik menjadi lebih efektif ketika diterapkan pada individu tersebut.

Ketika diterapkan pada orang-orang dengan emosi yang lebih intens dan memiliki energi tinggi lebih, misalnya, cenderung akan lebih efektif daripada jika diterapkan pada orang-orang dengan sifat sebaliknya.

Nadya mengingatkan, jika tidak diterapkan pada orang yang tepat, strategi ini malah bisa menjadi bumerang.

"Pada kelompok orang yang istilahnya adem ayem saja, mungkin ketika dikasih pendekatan seperti ini tidak memunculkan reactance-nya dia, malah menjadi terinternalisasi di dalam diri dia: "oh kata mama aku enggak bisa, ya sudah aku enggak bisa"."

"Jadi intinya bukan tidak boleh atau jangan digunakan. Tapi jangan digunakan terus-menerus. Lihat dari segi kesesuaian dengan konteksnya, kebutuhan, dan karakteristik lawan bicara kita," katanya.

Baca juga: Psikologi Terbalik dalam Parenting, Baik atau Buruk?

Kesan manipulatif

Selain pentingnya penggunaan yang tepat, penerapan psikologi terbalik juga berpotensi menimbulkan konflik dalam hubungan.

Pada anak, mereka mungkin merasa dirinya dimanipulasi jika orangtuanya tak bisa dipercaya jika strategi tersebut terlalu sering dilakukan.

Pada orang dewasa, menerapkan strategi ini memberikan efek yang cenderung lebih negatif. Sebab, kita terkesan manipulatif atau "mengakali" untuk membuat orang lain mau melakukan apa yang kita inginkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com