Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/07/2021, 13:54 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Your Tango

KOMPAS.com - Setiap orangtua pasti ingin dapat melakukan semua hal yang tepat dan baik bagi anak-anak mereka. Namun, saat melakukannya. tanpa sadar kita justru melupakan kepentingan anak.

Jika ini yang terjadi, bisa saja kita terjun menjadi orangtua yang toksik. Hal ini bisa terjadi mungkin karena kita pun dulu dibesarkan dengan cara yang sama sehingga tanpa sadar mengulanginya ke anak.

Perilaku pengasuhan yang toksik sangat memengaruhi kehidupan anak-anak saat mereka tumbuh dewasa. 

Nah, dilansir dari laman Your Tango, berikut adalah sejumlah kebiasaan dan tindakan yang mengindikasikan bahwa kita adalah orangtua yang toksik.

Baca juga: Kenali 5 Perilaku Toksik yang Dinormalisasi oleh Masyarakat

1. Tidak pernah menghormati batasan

Penting bagi orangtua untuk menghormati batasan yang telah ditetapkan untuk anak-anak mereka. Sebab, anak juga memiliki privasinya sendiri dan tidak ingin orangtua mencampuri.

Jika kita adalah orangtua yang toksik, biasanya kita cenderung tidak menghormati ruang pribadi dan batasan yang dimiliki oleh anak-anak.

Misalnya, saat anak-anak bertambah besar dan memasuki masa remaja, kita sering mengintip laci, lemari, atau apa pun yang ada di dalam kamar mereka secara diam-diam.

Padahal, jika kita memiliki sebuah kekhawatiran pada anak-anak, kita bisa membicarakan hal tersebut pada mereka dengan kata-kata yang baik tanpa mengganggu kenyamanan.

Baca juga: Anak Pra-Remaja Memberontak, Apa yang Harus Dilakukan?

2. Tidak memberikan keamanan

Banyak orangtua, terutama tipe ayah dengan stereotip maskulin, berpikir bahwa hukuman adalah bentuk cinta yang kuat untuk membentuk anak laki-laki menjadi pria yang tangguh.

Tapi cinta dengan konsep yang terlalu keras seperti itu bukanlah cara yang tepat untuk memastikan anak-anak bisa menjaga diri mereka kelak.

Dengan tidak memberikan rasa aman dan menghukum anak-anak atas setiap hal kecil dapat melumpuhkan kemampuan mereka untuk menjadi kuat dalam menghadapi tantangan hidup.

IlustrasiPexels Ilustrasi

Hal tersebut membuat setiap kegagalan yang mereka alami akan ditanggapi dengan kekecewaan, frustrasi, maupun amarah.

Oleh karena itu, kita harus mengajari anak-anak tentang dunia orang dewasa dan bagaimana menghadapi kegagalan dengan lebih baik, serta positif.

Baca juga: Hai Orangtua, Mari Latih Anak Belajar dari Kegagalan dan Kesalahan

3. Memproyeksikan kegagalan pada anak-anak

Kita semua mungkin punya impian yang tidak dapat dicapai meskipun sudah berusaha keras.

Namun, satu hal yang pasti, sebagai orangtua kita tidak boleh memproyeksikan kegagalan itu kepada anak-anak kita.

Kita tidak bisa memaksa mereka untuk menjadi sesuatu yang kita inginkan karena jika kita melakukannya, kita telah menghancurkan harga diri mereka.

Ketika kita memproyeksikan apa yang kita inginkan untuk anak-anak tanpa membiarkan mereka memilih, mereka justru tidak akan berkembang menjadi lebih kuat.

Kita hanya membuat mereka lebih lemah dan kecil kemungkinannya untuk diberdayakan dalam menghadapi tantangan kehidupan dewasa mereka.

Baca juga: Tak Banyak Anak yang Dapat Mencapai Cita-cita Masa Kecilnya, Mengapa?

4. Terlalu memanjakan

Kita harus memiliki pemahaman yang kuat bahwa bentuk pengasuhan yang tepat itu harus seimbang. Tidak boleh terlalu keras dan tidak boleh terlalu memanjakan.

Ketika anak-anak sudah cukup besar untuk belajar membereskan rumah, ajarilah. Ketika mereka sudah cukup besar untuk mencuci pakaian, mintalah mereka mencuci pakaiannya sendiri.

Penting bagi kita sebagai orangtua untuk tidak memanjakan dan terus-menerus melayani anak karena mereka perlu mempelajari keterampilan hidup sebagai bekal saat menjadi orang dewasa.

Baca juga: Hindari Anak Jadi Anak Manja dengan Memberi Pekerjaan Rumah

5. Sering mengancam atau mengintimidasi

Anak-anak memang sering berulah dan tak selalu menuruti perkataan orangtua. Tapi, kita jangan membalasnya dengan ancaman atau intimidasi

Di bawah pengasuhan semacam ini, kita benar-benar menghancurkan kepercayaan anak-anak.

Sehingga, mereka merasa tidak dapat mengandalkan kita untuk meminta bantuan dan bentuk ancaman adalah salah satu tanda utama kita membesarkan anak-anak dengan cara yang buruk.

6. Tidak pernah mendengarkan

Tidak ada anak-anak yang bodoh dan mereka bisa membaca sarkasme atau tahu saat kita merendahkan dan tidak mendengarkan mereka.

Sebagai orangtua, kita harus lebih banyak mendengarkan anak-anak karena itu dapat memberi tahu mereka bahwa mereka adalah individu unik yang memiliki sesuatu untuk ditawarkan kepada dunia.

Jadi, apabila seorang anak memberi tahu kita bahwa dia melihat seekor anjing cokelat hari itu, dengarkan apa yang dikatakannya.

Itu mungkin saja pengalaman pertama bagi mereka yang luar biasa dan dapat memengaruhi kehidupannya hingga masa dewasa nanti.

Baca juga: 11 Kalimat yang Bisa Hancurkan Kepercayaan Anak pada Orangtua

7. Orangtua pemalas

Sangat mudah untuk menyuruh anak duduk di depan TV selama enam jam sambil bermalas-malasan, tetapi itu adalah cara yang toksik dalam mengasuh.

Sebagai orangtua kita punya kewajiban mengajari anak banyak hal, terlibat dalam hidupnya dengan cara mengajaknya bermain atau pun meluangkan waktu berkualitas dengan olahraga atau melakukan hobi.

Bagaimana pun sulit untuk mengatur atau mengajarkan anak dengan baik jika kita sendiri malas melakukannya.

Jika kita terus menjadi orangtua yang pemalas dan melewatkan banyak hal yang bisa dipelahari oleh anak-anak, maka kita dapat melumpuhkan keterampilan mereka seumur hidup.

Baca juga: 10 Kesalahan Orangtua dalam Mendidik Anak Remaja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Your Tango
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com