Sebagian karyawan mengungkapkan penyebab hal ini adalah kurangnya perhatian dari departemen TI di kantor mereka, dibandingkan sebelum pandemi.
"Salah satu kesalahan utama yang kami lihat adalah memindahkan data perusahaan ke akun email pribadi," kata Henry Trevelyan-Thomas, vice president of Customer Success di Tessian.
"Ketika Anda melakukan itu, kemungkinan Anda tidak memiliki otentikasi dua faktor apa pun. Akibatnya penjahat siber mudah mengeksploitasi data itu."
"Jika data bocor, penjahat siber memanfaatkan data dan itu bisa berakhir di tangan yang salah," tambahnya.
Para ahli juga mengingatkan adanya pertumbuhan email phising bertema virus corona yang meningkat.
Email phising yang merupakan bentuk penipuan untuk mencuri informasi pribadi menargetkan karyawan beberapa perusahaan di seluruh dunia.
Di masa puncak pandemi pada 2020, perusahaan keamanan jaringan Barracuda Networks mengatakan adanya peningkatan 667 persen dalam email phishing berbahaya.
Pada waktu yang sama, Google juga melaporkan sudah memblokir lebih dari 100 juta email phishing setiap hari.
"Rekayasa sosial dan phishing bekerja paling baik ketika ada iklim ketidakpastian," sebut Casey Ellis, pendiri platform keamanan BugCrowd.
"Sebagai 'penyerang' dalam skenario itu, saya mempunyai basis orang-orang yang ketakutan untuk dikerjai."
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.