Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berbagai Penyebab Sesak Napas, Tak Cuma akibat Covid-19

Kompas.com - 29/07/2021, 14:06 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Sesak napas menjadi salah satu gejala yang mungkin muncul pada pasien Covid-19. Gejala Covid-19 lain yang umum terjadi termasuk batuk kering dan demam.

Namun, sesak napas tentu tak selalu berkaitan dengan Covid-19. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah dispnea.

Menurut Healthline, dispnea atau sesak napas adalah kondisi tidak nyaman yang menyulitkan udara masuk sepenuhnya ke paru-paru.

Masalah dengan jantung atau paru-paru dapat membahayakan pernapasan kita.

Beberapa orang mungkin mengalami sesak napas tiba-tiba untuk waktu yang singkat, misalnya satu atau dua menit setelah aktivitas berat.

Namun, sesak napas juga bisa jadi masalah kronis, membuat kita merasa tidak mendapatkan cukup udara ke dalam paru-paru dalam jangka waktu yang panjang.

Pada kasus yang serius, kita mungkin merasa seperti tercekik. Serangan dispnea juga dapat menyebabkan sesak dada.

Sesak napas bisa menjadi tanda peringatan masalah kesehatan yang membutuhkan perawatan segera.

Baca juga: Waspadai, Sesak Napas sebagai Gejala Covid-19

 

Penyebab sesak napas

Olahraga biasanya merupakan pemicu sesak napas jangka pendek.

Cobalah ingat ketika kita berlari, berenang, atau melakukan olahraga sejenis lainnya, kita mungkin perlu beberapa menit untuk mengatur napas.

Kita mungkin mengalami kesulitan menghirup oksigen yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan tubuh.

Pada kondisi sehat, pernapasan akan segera lega dan dapat kembali bernapas normal dalam beberapa menit.

Contoh lainnya, ketika berada di ketinggian yang lebih tinggi dan tidak terbiasa dengan kondisi lebih sedikit oksigen, kita juga mungkin mengalami sesak napas sementara.

Pada ketinggian yang sangat tinggi, seperti puncak gunung, udara yang "lebih tipis" dapat menjadi bahaya kesehatan yang nyata.

Untuk itu, pastikan berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan perjalanan ke daerah dengan ketinggian.

Selain juga mungkin disebabkan karena terinfeksi SARS-CoV2 penyebab Covid-19, penyebab sesak napas jangka pendek yang umum terjadi antara lain:

  • Gangguan kecemasan.
  • Asma.
  • Bekuan darah di paru-paru, yang dikenal sebagai emboli paru.
  • Tulang rusuk patah.
  • Kelebihan cairan di sekitar jantung.
  • Tersedak.
  • Paru-paru yang kolaps.
  • Serangan jantung.
  • Gagal jantung.
  • Masalah irama jantung.
  • Jumlah sel darah merah yang rendah (anemia).
  • Pneumonia dan infeksi pernapasan lainnya.
  • Kehamilan.
  • Reaksi alergi parah (anafilaksis).
  • Kehilangan darah secara tiba-tiba.

Sementara beberapa penyebab sesak napas jangka panjang yang umum terjadi seperti:

  • Cairan di sekitar paru-paru.
  • Asma.
  • Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), termasuk emfisema.
  • Sarkoidosis, kumpulan sel inflamasi dalam tubuh.
  • Penyakit jantung, termasuk gagal jantung kongestif.
  • Peradangan jaringan di sekitar jantung.
  • Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal).
  • Kegemukan.
  • Jaringan parut pada paru-paru.
  • Otot jantung kaku, tebal, atau bengkak (kardiomiopati).

Hal-hal lain, termasuk kanker paru-paru dan TBC juga dapat membuat seseorang merasakan sesak napas.

Baca juga: Gejala Sesak Napas Penderita Asma dan Covid-19, Apa Bedanya?

Gejala sesak napas yang perlu diwaspadai

Jika sesak napas terjadi setelah aktivitas seperti olahraga berat, maka hal itu dapat dimengerti.

Namun, kita perlu mencari bantuan medis jika mengalami salah satu gejala sesak napas berikut:

  • Sesak napas lebih cepat dari biasanya setelah melakukan aktivitas fisik.
  • Terengah-engah setelah aktivitas yang biasa kita lakukan tanpa masalah.
  • Sesak napas tanpa sebab apapun.

Selain itu, menurut WebMD, jika kita adalah orang dewasa sehat, kita akan menarik dan membuang napas hingga 20 kali per menit. Artinya, dalam sehari kita melakukannya hampir 30.000 kali.

Olahraga berat atau kondisi kesehatan seperti flu dapat membuat pola bernapas itu berubah, tapi kita mungkin tak sampai merasakan sesak napas.

Sesak napas akut dimulai dalam beberapa menit atau jam dan bisa disertai gejala lain seperti demam, ruam, atau batuk.

Sedangkan sesak napas kronis dapat membuat kita merasa sesak napas ketika melakukan aktivitas sehari-hari sehari-hari, bahkan saat melakukan aktivitas sederhana seperti berjalan dari kamar ke kamar atau berdiri.

Terkadang, sesak napas juga menjadi lebih baik atau lebih buruk dengan posisi tubuh tertentu.

Misalnya, berbaring telentang dapat memicu sesak napas pada orang dengan kondisi seperti penyakit jantung dan paru-paru tertentu.

Baca juga: Pakai Masker Dobel Bikin Sulit Bernapas? Coba 4 Cara Berikut

Kapan harus ke dokter

Sesak napas yang tidak dapat dijelaskan dapat menjadi tanda kondisi medis yang serius. Untuk itu, pastikan segera mengonsultasikannya dengan dokter.

Jika tiba-tiba menunjukkan gejala lain seperti pusing atau nyeri dada, kita harus mencari perawatan darurat.

Selain itu, jika sesak napas semakin parah saat berbaring, itu mungkin pertanda gagal jantung sehingga penting untuk menemui dokter dan mendapatkan diagnosis.

Sedangkan jika sesak napas disertai batuk, itu mungkin merupakan tanda PPOK atau pneumonia. Menggigil, demam, dan batuk berdahak juga merupakan gejala pneumonia.

Jika itu penyebabnya, maka jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Pneumonia adalah infeksi pada paru-paru yang bisa menjadi serius, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.

Selain itu, pneumonia juga dapat menyebabkan rawat inap dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan benar.

Segera melakukan konsultasi dengan dokter ketika merasakan ketidaknyamanan saat bernapas dapat membantu kita mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat sesegera mungkin.

Baca juga: Gejalanya Mirip, Bagaimana Bedakan Pneumonia Umum dan akibat Covid-19?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com