Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 17/05/2023, 18:11 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kemenangan Timnas Indonesia U22 meraih medali emas sepak bola Sea Games 2023 kembali jadi ajang narsistik sejumlah pejabat.

Ucapan selamat bertebaran di media sosial, tentunya tak lupa dengan menyertakan foto diri mereka, yang ukurannya bahkan sangat mendominasi.

Alih-alih fokus pada prestasi para atlet muda itu, kita seakan dipaksa untuk memberikan perhatian pada politikus tersebut.

Baca juga: Timnas Indonesia Sabet Medali Emas SEA Games 2023, Pelatih PSM Ingatkan Tetap Rendah Hati

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Sports Info @dalkotloop (@foto.olahraga)

Kondisi serupa juga pernah terjadi saat atlet badminton Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di Olimpiade Tokyo 2020 lalu.

Pola seperti ini agaknya membuktikan, para pejabat maupun politikus ini lebih peduli pada pencitraan diri sendiri dibandingkan ucapan terima kasih yang tulus kepada pahlawan olahraga ini.

Apalagi menjelang tahun politik yang menjadi kesempatan untuk berkampanye mendulang suara.

Baca juga: 5 Atlet Paling Populer di Twitter Selama Olimpiade, Ada Greysia Polii

Firman Kurniawan, pakar komunikasi digital Universitas Indonesia, mengatakan tingkah para tokoh tersebut bisa dimaknai sebagai bentuk perhatian kepada para atlet dan ungkapan bangga serta berbahagia.

Namun dengan pola, gaya tampil dan konteks yang dimanfaatkan dalam kasus ini, penilaian positif dan rasionalisasi itu bisa batal.

Terlihat, motif para pejabat tersebut lebih ingin menonjolkan dirinya dibandingkan subtansi pemberian ucapan selamatnya.

"Jika ini masuk dalam definisi narsis, ya bisa dikatakan narsis," ujar dia kepada Kompas.com, dalam perbincangan Selasa (3/8/2021).

Menurut dia, ungkapan bangga tersebut seharusnya tidak selalu harus menampilkan potret diri atau nama organisasi yang jauh lebih menonjol, dibandingkan si pembuat prestasi.

Kelainan berupa gaya narsistik para pejabat publik ini terjadi, karena keyakinan dan pemahaman dangkal bahwa aspek yang sifatnya kuantitas lebih mengantarkan pesan dibanding aspek estetiknya.

Definisi narsistik adalah kondisi gangguan kepribadian di mana seseorang akan menganggap dirinya sangat penting dan harus dikagumi.

Nah, dalam hal ini berupa ukuran foto yang besar, tulisan nama organisasi yang menonjol, dan corporate color yang mencolok.

Baca juga: Menangi Emas Olimpiade, Greysia dan Apriyani Jadi Juragan Bakso Aci

Di sisi lain, poster viral ini juga merepresentasikan hasrat diri yang khawatir tidak terbaca kehadirannya oleh publik.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com