KOMPAS.com - Ada banyak cara orang berduka namun di era digital ini, menyalurkan perasaan sedih lewat platform media sosial semakin umum terjadi.
Sayangnya, banyak yang kerap menganggap remeh curahan perasaan sedih yang disampaikan lewat Instagram atau Twitter -misalnya.
Ada yang menilai, hal itu tidak pantas dilakukan apalagi jika menyangkut musibah maupun kematian.
Faktanya, semua ekspresi duka layak mendapat respons yang pantas, apa pun media yang dipilih oleh orang tersebut.
Baca juga: Tips Bagi Orangtua untuk Meluapkan Kesedihan di Depan Anak
Sebagaimana pendapat Psikiater Jiemi Ardian di akun Twitter-nya yang langsung menjadi viral.
"Ada yang berduka dengan nulis di sosmed, ada yang dengan diam saja ga mau diganggu, ada yang dengan cari orang lain buat cerita."
"Ada yang berduka dengan bikin karya, ada yang dengan berhenti dulu bikin karya."
"Semua valid, ga perlu merendahkan proses berduka orang lain." tulis dia, yang setidaknya sudah di-retweet oleh lebih dari 15.000 pengguna Twitter lainnya.
Pendapat ini langsung ramai direspons oleh banyak akun lain. Umumnya menyampaikan pengalaman tidak menyenangkan, ketika mengekspresikan rasa dukanya di media sosial.
Banyak yang merendahkan dengan menganggap perilaku tersebut berlebihan, bahkan disebut "alay".
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.