"Tepat setelah kekalahan bukanlah waktu untuk analisis kritis, serahkan itu pada pelatih," ungkap Austerman.
Terkadang, saat anak mengalami kekalahan orangtua ingin membandingkan performa atau penampilannya dengan anak lain.
Namun, sebaiknya tahan keinginan untuk membandingkan semacam itu.
"Ini tidak pernah menjadi resep untuk meningkatkan harga diri atau kemampuan mereka," kata dia lagi.
Menghadapi kekalahan memang tidaklah mudah, dan orangtua harus tetap mengirimkan pesan penyemangat bagi anak.
Dan, lakukan hal ini, bahkan jika anak memenangi pertandingan/perlombaan.
Sebab, yang terpenting adalah bagaimana mereka menikmati kesempatan tersebut, dan sudah bekerja keras.
Apabila anak mudah frustrasi karena kekalahan dan kesulitan melewatinya, orangtua mungkin perlu memeriksa perilakunya sendiri.
Apakah mereka melihat kita marah saat menonton acara olahraga di televisi, atau apakah melihat kita kesal saat macet di jalan?
Pastikan kita menjadi contoh yang baik untuk anak-anak. Ini akan memudahkan mereka menangani frustrasi di kemudian hari.
Anak-anak mudah dipengaruhi oleh pelatih, rekan tim, dan teman mereka.
Jadi, jika kita melihat perilaku temperamental datang dari anak-anak dan orang dewasa yang menghabiskan waktu bersama dia.
Pertimbangkan untuk melakukan percakapan yang bermakna tentang bagaimana anak bisa terpengaruh.
Baca juga: Kiat Hadapi Kekalahan dengan Ikhlas dan Bijaksana
Apabila toksisitas berlanjut, mungkin lebih baik untuk mengeluarkan anak-anak dari tim, atau membuat mereka menghabiskan lebih sedikit waktu dengan lingkungan yang toksik.
Austerman menuturkan agar kita dapat menjaga kesabaran dengan anak-anak dan mempelajari cara mengatasi kekalahan dengan lebih tenang.
"Ini adalah proses ketika anak-anak tumbuh," ujar dia.
"Teruslah memberikan pujian atas usaha dan perilaku mereka yang baik."
"Ini akan membantu mereka belajar bagaimana menangani dan mengatasi situasi yang membuat frustrasi," sebut Austerman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.