KOMPAS.com - Atlet angkat besi Indonesia, Nurul Akmal, mendapatkan perlakuan tak menyenangkan setibanya di Indonesia. Atlet yang berpartisipasi dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020 ini diduga menjadi korban body shaming.
Mengutip Kompas TV, kejadian tak menyenangkan tersebut terjadi di acara penyambutan atlet yang digelar di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (05/08/2021).
Dalam siaran langsung di Instagram @timindonesiaofficial, lifter yang akrab dipanggil Amel ini menjadi atlet ketiga yang muncul dalam sesi penyambutan dan mengambil karangan bunga.
Kemudian ia mendapat celetukan yang kurang pantas dari salah satu oknum yang hadir pada acara tersebut.
"Yang paling kurus," ucap oknum tak bertanggung jawab tersebut.
Video tersebut kemudian diunggah beberapa akun media sosial dan menjadi viral.
View this post on Instagram
Meski istilah ini sudah cukup akrab di telinga kita, sebetulnya apa itu body shaming?
Mengutip pemberitaan Kompas.com, (17/02/2020), body shaming adalah sebuah perilaku mengolok-olok bentuk tubuh orang lain. Baik dengan tujuan bercanda atau benar-benar menghina.
Korban body shaming sering kali adalah wanita gemuk. Namun hal ini juga dapat terjadi pada kaum pria dan mereka yang bertubuh kurus.
Kegiatan mengolok-olok juga semakin sering terjadi di sosial media, yang tak jarang berubah menjadi cyberbullying. Olok-olok ini dapat menyebabkan masalah psikologis pada korbannya
Melansir HuffPost, beberapa kalimat yang mengarah pada body shaming dan umum diucapkan antara lain:
Baca juga: 6 Cara Menghadapi Body Shaming di Media Sosial
Meski tujuannya adalah bercanda atau agar pendengarnya memulai kebiasaan sehat, nyatanya hal ini bisa menimbulkan efek negatif.
Beberapa efek negatif body shaming antara lain:
Korban body shaming rentan mengalami rasa rendah diri dan marah kepada dirinya sendiri. Mereka seolah terdoktrinasi oleh perkataan orang lain sehingga cenderung selalu melihat bentuk tubuhnya dari sisi yang negatif. Hal ini juga meningkatkan gangguan psikologis pada korbannya.
Orang gemuk yang menjadi korban olok-olok, sering kali mengalami peningkatan berat badan yang signifikan. Studi lain, menunjukkan 6.157 peserta non-obesitas yang mengalami diskriminasi karena bentuk tubuhnya, 2,5 kali lebih rentan mengalami obesitas di tahun-tahun mendatang. Body shaming kepada orang gemuk juga meningkatkan risiko binge eating disorder pada korbannya.