Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Body Shaming, Dialami Atlet Angkat Besi Nurul Akmal

Kompas.com - 06/08/2021, 14:03 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Atlet angkat besi Indonesia, Nurul Akmal, mendapatkan perlakuan tak menyenangkan setibanya di Indonesia. Atlet yang berpartisipasi dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020 ini diduga menjadi korban body shaming.

Mengutip Kompas TV, kejadian tak menyenangkan tersebut terjadi di acara penyambutan atlet yang digelar di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Kamis (05/08/2021).

Dalam siaran langsung di Instagram @timindonesiaofficial, lifter yang akrab dipanggil Amel ini menjadi atlet ketiga yang muncul dalam sesi penyambutan dan mengambil karangan bunga.

Kemudian ia mendapat celetukan yang kurang pantas dari salah satu oknum yang hadir pada acara tersebut.

"Yang paling kurus," ucap oknum tak bertanggung jawab tersebut.

Video tersebut kemudian diunggah beberapa akun media sosial dan menjadi viral.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Tim Indonesia Official (@timindonesiaofficial)

Meski istilah ini sudah cukup akrab di telinga kita, sebetulnya apa itu body shaming?

Mengenal body shaming

Mengutip pemberitaan Kompas.com, (17/02/2020), body shaming adalah sebuah perilaku mengolok-olok bentuk tubuh orang lain. Baik dengan tujuan bercanda atau benar-benar menghina.

Korban body shaming sering kali adalah wanita gemuk. Namun hal ini juga dapat terjadi pada kaum pria dan mereka yang bertubuh kurus.

Kegiatan mengolok-olok juga semakin sering terjadi di sosial media, yang tak jarang berubah menjadi cyberbullying. Olok-olok ini dapat menyebabkan masalah psikologis pada korbannya

Melansir HuffPost, beberapa kalimat yang mengarah pada body shaming dan umum diucapkan antara lain:

  • "Gemukan, ya", "sepertinya berat badan kamu turun" atau "ngapain aja sampai kurus begini?". Kalimat ini biasa diungkapkan ketika seseorang bertemu kerabat yang sudah lama tidak ditemui.
  • "Sudah saatnya kamu menikah, jadi harus menurunkan berat badan".
  • "Gemuk banget, nanti enggak ada yang mau menikamu, lho."
  • "Kamu gemuk tapi tetap terlihat menarik." Kalimat "pujian" ini mengandung stigma tersembunyi bahwa orang dengan kelebihan berat badan jelek dan sisi menarik orang tersebut dipertanyakan karena ukuran tubuhnya.
  • "Wah, kurusan ya. Kamu jadi terlihat menarik." Kalimat ini memang terkesan mengandung "pujian". Namun sebaiknya sisi menarik seseorang tak didefinisikan dari ukuran tubuhnya.
  • "Jangan makan banyak, nanti gemuk", dan lain sebagainya.

Baca juga: 6 Cara Menghadapi Body Shaming di Media Sosial

Bahaya body shaming

Meski tujuannya adalah bercanda atau agar pendengarnya memulai kebiasaan sehat, nyatanya hal ini bisa menimbulkan efek negatif.

Beberapa efek negatif body shaming antara lain:

1. Menurunkan rasa percaya diri

Korban body shaming rentan mengalami rasa rendah diri dan marah kepada dirinya sendiri. Mereka seolah terdoktrinasi oleh perkataan orang lain sehingga cenderung selalu melihat bentuk tubuhnya dari sisi yang negatif. Hal ini juga meningkatkan gangguan psikologis pada korbannya.

2. Meningkatkan risiko obesitas

Orang gemuk yang menjadi korban olok-olok, sering kali mengalami peningkatan berat badan yang signifikan. Studi lain, menunjukkan 6.157 peserta non-obesitas yang mengalami diskriminasi karena bentuk tubuhnya, 2,5 kali lebih rentan mengalami obesitas di tahun-tahun mendatang. Body shaming kepada orang gemuk juga meningkatkan risiko binge eating disorder pada korbannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com