Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/08/2021, 15:31 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Menantang tubuh dengan mengangkat beban akan merangsang tubuh untuk memertahankan serta menambah kapasitas otot.

Energi untuk melatih kekuatan bisa berasal dari lemak atau gula yang disimpan, atau dari kalori ekstra yang diambil melalui makanan.

Proses pembentukan dan perbaikan berlanjut lama setelah kita selesai berolahraga, dengan otot terus membakar kalori hingga 24 jam.

Otot baru yang terbentuk dikemas dengan mitokondria, bagian sel yang mengubah glukosa menjadi energi.

Baca juga: Ingin Payudara Terlihat Lebih Besar? Lakukan 3 Latihan Otot Dada Ini

Dengan semakin banyak otot pada tubuh, kita bisa membakar lebih banyak kalori meski sedang beristirahat.

Manfaat latihan kekuatan rupanya juga merambah ke bagian otak.

Tingkat kekuatan yang lebih tinggi dikaitkan dengan performa lebih baik pada tes keterampilan kognitif, seperti memori dan pengambilan keputusan, serta menjaga kesehatan otak lebih lama.

Di saat tulang diberi beban, maka tulang akan melepaskan hormon yang disebut osteocalcin ke dalam darah.

Hormon osteocalcin akan mengarah ke otak dan terhubung dengan hippocampus, wilayah otak utama yang terlibat dalam memori.

Penelitian menunjukkan, osteocalcin adalah hormon penting untuk pembentukan memori, seiring bertambahnya usia individu.

Sejak individu memasuki usia paruh baya, kadar osteokalsin mulai menurun. Ini alasannya latihan kekuatan atau menahan beban sangat penting untuk melindungi otak.

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap hewan, hormon osteocalcin yang menurun dikaitkan dengan kecemasan.

Latihan kekuatan juga terbukti efektif menghilangkan depresi dan kecemasan, serta meningkatkan harga diri.

Berdasarkan penelitian pula, ditemukan peningkatan kekuatan fisik dapat bermanfaat bagi kesehatan mental.

Sekelompok gadis remaja yang melakukan latihan beban untuk meningkatkan kekuatan sebesar 40 persen dalam waktu 12 minggu melaporkan, mereka merasa lebih kuat baik secara fisik maupun mental.

Baca juga: Sehat Mental Melalui Kesejahteraan Spiritual di Era Pandemi

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com