KOMPAS.com - Gelaran Olimpiade Tokyo 2020 telah berakhir dan para atlet kembali ke negaranya masing-masing.
Selama 18 hari pelaksanaan acara, kita mendapatkan tontonan persaingan para olahragawan kelas dunia dalam memerebutkan medali dan memberikan kebanggaan pada negaranya.
Ada yang sukses membawa pulang medali dan, sayangnya, ada pula yang kembali dengan tangan kosong.
Meski demikian, olimpiade kali ini menyisakan berbagai cerita inspiratif dari perilaku para pesertanya.
Baca juga: Disoroti Netizen, Jaket Denim Tim Kanada di Penutupan Olimpiade
Para atlet berprestasi ini memberikan contoh akan berbagai sikap penting yang perlu ditunjukkan selama berkompetisi.
Dalam berbagai pertandingan yang digelar, kita ditunjukkan bahwa martabat dan rasa hormat jauh lebih penting dibandingkan persaingan ketat antarkontingen dalam perolehan medali.
Tentunya, hal ini juga bisa kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Para atlet membuktikan, cara berperilaku seseorang amat esensial dibandingkan kemenangan semata.
Kontingen Irlandia menunjukkan pentingnya manner ketika mengunjungi tempat baru.
Rombongan atlet ini melakukan gestur ojigi kepada tuan rumah Jepang, sebagai tanda hormat dan sopan santun saat upacara pembukaan.
Ojigi merupakan budaya penghormatan Jepang yang dilakukan dengan cara membungkuk yang biasanya saling berbalas.
Baca juga: 5 Tips Tidur Nyenyak Rahasia Para Atlet Olimpiade
Sikap tersebut dianggap ramah sekaligus sangat berjiwa olimpiade, yang digelar untuk menyatukan seluruh negara di dunia.
Mutaz Essa Barshim dari Qatar dan Gianmarco Tamberi dari Italia membuktikan persahabatan jauh lebih penting daripada persaingan atau kemenangan belaka.
Keduanya rela berbagi medali emas dalam cabang lompat tinggi yang diikuti, setelah bersaing ketat dengan hasil yang berkali-kali imbang.
Alih-alih terus bersaing, Mutaz Essa Barshim kemudian mengusulkan untuk berbagi medali emas kepada pesaingnya.