Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: Mayoritas Masyarakat Indonesia Alami Rasa Kesepian

Kompas.com - 16/08/2021, 08:24 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Rasa kesepian sebaiknya tak diabaikan. Meski terdengar sepele, kesepian dapat memengaruhi keadaan fisik dan mental seseorang.

Faktanya, mayoritas masyarakat Indonesia ternyata mengalami kesepian setidaknya dalam sebulan terakhir.

Hal itu terungkap dari hasil survei kesehatan mental masyarakat Indonesia pada Mei-Juni 2021 yang dilakukan oleh Into The Light dan Change.org bertepatan dengan Bulan Kesehatan Mental.

Into The Light sendiri adalah sebuah komunitas yang punya misi utama untuk mencegah bunuh diri remaja di Indonesia.

Survei dilakukan karena di Indonesia dianggap belum ada hasil evaluasi yang cukup komprehensif atas informasi dan layanan kesehatan mental, maupun literasi kesehatan mental yang dimiliki.

Hasil survei mengungkapkan, sekitar 98 persen partisipan merasa kesepian dalam sebulan terakhir.

Berdasarkan hasil survei, kesepian ini ditemukan merata di seluruh anggota kelompok umur, area domisili, suku, riwayat pendidikan, pekerjaan, agama, jenis kelamin, ketertarikan seksual, status HIV dan disabilitas (95-100 persen anggota setiap kelompok merasa kesepian).

Dari jumlah tersebut, sekitar 40 persennya memiliki pemikiran melukai diri sendiri maupun berpikir untuk bunuh diri dalam dua minggu terakhir.

Sayangnya, berdasarkan hasil survei tersebut, stigma atau pandangan negatif terhadap bunuh diri masih sangat kuat. Hal ini tercermin dari tidak ada partisipan yang menjawab seluruh pertanyaan tentang fakta dan mitos bunuh diri dengan benar.

Misalnya, partisipan menganggap bahwa menanyakan keinginan bunuh diri kepada seseorang akan memicu keinginan bunuh diri sebagai fakta. Padahal, anggapan tersebut tidak benar.

"Ini adalah mitos, justru menanyakan hal tersebut dapat membantu mencegah keinginan orang untuk bunuh diri,” kata peneliti pascadoktoral University of Macau sekaligus mitra Into The Light, Andrian Liem, seperti dikutip Kompas.com dari keterangan tertulis.

Baca juga: Ketahuilah, 5 Langkah demi Mencegah Bunuh Diri

Survei juga mengungkapkan, lebih banyak partisipan yang meyakini anggota keluarga dan teman dekat berjenis kelamin sama adalah sosok yang lebih membantu mereka dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa dibandingkan dengan tenaga kesehatan jiwa profesional.

Hal ini juga selaras dengan hasil survei yang menemukan bahwa hampir 70 persen dari total partisipan mengaku tidak pernah mengakses layanan kesehatan mental dalam tiga tahun terakhir.

Alasan yang dominan adalah biaya layanan kesehatan mental dianggap tidak terjangkau.

Menurut Andrian, keyakinan tersebut menunjukkan bahwa partisipan membutuhkan dukungan sosial. Namun, perlu ditekankan bahwa para profesional punya keahlian untuk membantu mengatasi masalah tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com