Keempat, pengetahuan: mencakup pengetahuan tentang agamanya, ritus, acara dan tradisinya.
Baca juga: 6 Cara Membiarkan Remaja Mengendalikan Kehidupannya Sendiri
Kelima, pengalaman dan konsekuensinya: meliputi akibat dari penghayatan, pengetahuan dan ritual dari agamanya. Misalnya sebagai konsekwensi seseorang menghayati imannya misalnya ialah mencintai musuh dan berbuat baik/amal kepada orang yang miskin, cacat atau berkekurangan.
Kelima unsur itu tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kelima unsur itu saling berhubungan satu sama lain (Holdcroft, 2006; Huber, 2012).
Mengapa perlu religiositas? Religiositas itu perlu untuk menopang kehidupan rohani kaum remaja.
Religiositas mampu menyadarkan mereka akan hal-hal berikut ini.
Baca juga: Menag Sebut Medsos Jadi Tantangan Pemerintah Tangani Perbedaan Pandangan soal Agama
Orang yang religius akan mencoba selalu patuh terhadap ajaran agamanya, berusaha mempelajari pengetahuan tentang agamanya, menjalankan ritual agamanya, meyakini doktrin-doktrin agamanya dan merasakan pengalaman beragama.
Beberapa ciri-ciri orang yang memiliki religiositas yang baik, antara lain:
Membangun religiositas kaum remaja di era pandemi tentu menuntut perjuangan dan kerja keras. Soalnya, saat ini pertemuan rutin di rumah ibadah dibatasi karena khawatir dengan penularan virus corona yang semakin massif.
Namun, keterbatasan itu seharusnya tidak menyurutkan upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan rohani. Berbagai kegiatan rohani dan kebaktian tetap bisa dilangsungkan, walaupun misalnya hanya melalui Zoom.
Baca juga: Jubir Luhut: Vaksinasi Covid-19 Syarat Masuk Mal, Bukan Tempat Ibadah
Di era pandemi ini berbagai kegiatan membangun religiositas para remaja bisa terlaksana dengan melakukan hal-hal positif seperti menciptakan konten video atau narasi untuk menyemangati dan motivasi sesama melalui komunitas agama masing-masing.
Konten video pendek yang positif ini bisa disebarkan melalui media sosial, sehingga semakin banyak orang bisa tertolong.
Masa pandemi ini mesih belum jelas kapan akan berakhir. Dampaknya bagi kehidupan psikologis kaum remaja sungguh terasa seperti bosan, cemas, kesepian dan kehilangan orientasi, yang bisa mengarahkan mereka melakukan hal negatif.
Namun, hal itu bisa dihindari atau minimal diminimalisasi dengan membangun religiositas mereka.
Religiositas dipandang sebagai salah satu solusi yang bisa diterapkan agar para remaja dapat lepas dari kesulitan hidupnya.
Dr Raja Oloan Tumanggor, SAg
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.