Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Membangun Religiositas Kaum Remaja di Era Pandemi

Kompas.com - 16/08/2021, 10:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Keempat, pengetahuan: mencakup pengetahuan tentang agamanya, ritus, acara dan tradisinya.

Baca juga: 6 Cara Membiarkan Remaja Mengendalikan Kehidupannya Sendiri

Kelima, pengalaman dan konsekuensinya: meliputi akibat dari penghayatan, pengetahuan dan ritual dari agamanya. Misalnya sebagai konsekwensi seseorang menghayati imannya misalnya ialah mencintai musuh dan berbuat baik/amal kepada orang yang miskin, cacat atau berkekurangan.

Kelima unsur itu tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kelima unsur itu saling berhubungan satu sama lain (Holdcroft, 2006; Huber, 2012).

Mengapa perlu religiositas? Religiositas itu perlu untuk menopang kehidupan rohani kaum remaja.

Religiositas mampu menyadarkan mereka akan hal-hal berikut ini.

  • Apa sebenarnya keyakinan/kepercayaannya,
  • Bagaimana mereka merayakan keyakinan dan kepercayaan itu melalui ritual/upacara,
  • Bagaimana menghayati keyakinan/kepercayaan itu dalam tindakan dan tingkah laku sehari-hari.
  • Pengetahuan apa yang mereka miliki berkaitan dengan keyakinannya
  • Pengalaman apa yang mereka peroleh saat meghayati dan menjalankan keyakinan/kepercayaannya itu, misalnya pengalaman menggetarkan (tremendum) dan mengharukan (fascinosum) dan konsekunsi apa yang harus mereka terima/tanggung karena menjalankan iman serta keyakinannya.

Baca juga: Menag Sebut Medsos Jadi Tantangan Pemerintah Tangani Perbedaan Pandangan soal Agama

Orang yang religius akan mencoba selalu patuh terhadap ajaran agamanya, berusaha mempelajari pengetahuan tentang agamanya, menjalankan ritual agamanya, meyakini doktrin-doktrin agamanya dan merasakan pengalaman beragama.

Beberapa ciri-ciri orang yang memiliki religiositas yang baik, antara lain:

  1. Individu dengan religiositas yang kuat secara signifikan dapat mengurangi stres (rasa tertekan) karena situasi pandemi saat ini.
  2. Penghayatan agama yang baik membuat individu lebih menerima semua proses penurunan kondisi fisiknya, bahkan sering diikuti dengan berbagai penyakit yang kronis sebagai hal-hal yang biasa-biasa saja, suatu hal yang memang harus terjadi dan dapat diterima dengan lapang dada. Tidak ada penyesalan, tidak ada kekecewaan atau perasaan tertekan.

Membangun religiositas kaum remaja di era pandemi tentu menuntut perjuangan dan kerja keras. Soalnya, saat ini pertemuan rutin di rumah ibadah dibatasi karena khawatir dengan penularan virus corona yang semakin massif.

Namun, keterbatasan itu seharusnya tidak menyurutkan upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan rohani. Berbagai kegiatan rohani dan kebaktian tetap bisa dilangsungkan, walaupun misalnya hanya melalui Zoom.

Baca juga: Jubir Luhut: Vaksinasi Covid-19 Syarat Masuk Mal, Bukan Tempat Ibadah

Di era pandemi ini berbagai kegiatan membangun religiositas para remaja bisa terlaksana dengan melakukan hal-hal positif seperti menciptakan konten video atau narasi untuk menyemangati dan motivasi sesama melalui komunitas agama masing-masing.

Konten video pendek yang positif ini bisa disebarkan melalui media sosial, sehingga semakin banyak orang bisa tertolong.

Masa pandemi ini mesih belum jelas kapan akan berakhir. Dampaknya bagi kehidupan psikologis kaum remaja sungguh terasa seperti bosan, cemas, kesepian dan kehilangan orientasi, yang bisa mengarahkan mereka melakukan hal negatif.

Namun, hal itu bisa dihindari atau minimal diminimalisasi dengan membangun religiositas mereka.

Religiositas dipandang sebagai salah satu solusi yang bisa diterapkan agar para remaja dapat lepas dari kesulitan hidupnya.

Dr Raja Oloan Tumanggor, SAg
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com