Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Metabolisme Tak Melambat karena Usia, Ini Buktinya

Kompas.com - 18/08/2021, 06:25 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Fox News

KOMPAS.com - Anggapan umum menyebutkan perubahan fisik serta menurunnya fungsi metabolisme akan dialami seseorang seiring dengan bertambahnya usia.

Ya, faktor usia sering dijadikan dalang atau penyebab di balik penurunan fungsi metabolisme --kemampuan mengubah makanan dan minuman menjadi energi-- pada individu.

Namun, satu studi baru menemukan metabolisme pada tiap orang berada dalam kondisi stabil ketika orang tersebut berusia antara 20-60 tahun.

Baca juga: Mungkinkah Meningkatkan Metabolisme untuk Turunkan Berat Badan?

Berdasarkan temuan tim peneliti dari Killjoy yang dimuat ke dalam jurnal Science, terungkap metabolisme seseorang berada pada tingkat tertinggi saat masih bayi.

Bayi disebut mampu membakar kalori sekitar 50 persen lebih cepat daripada orang dewasa.

Angka itu akan menurun setiap tahun sekitar tiga persen, sampai bayi tersebut menjadi dewasa dan menginjak usia 20 tahun atau lebih.

Begitu individu mencapai usia 60 tahun, penurunan metabolisme kembali terlihat sekitar satu persen lebih per tahun sampai individu tersebut meninggal dunia.

Itu artinya, faktor usia tidak bisa lagi dijadikan alasan yang menyebabkan fungsi metabolisme individu menurun.

Guna memeroleh hasil yang akurat, para peneliti memerhitungkan perbedaan metabolisme pada sejumlah responden, seperti ukuran otot tubuh hingga komposisi lemak.

"Tingkat metabolisme benar-benar stabil sepanjang kehidupan dewasa, 20-60 tahun," kata penulis studi Herman Pontzer.

Baca juga: Hati-hati, Minum Soft Drink Bisa Memperlambat Metabolisme

Pontzer adalah profesor antropologi evolusioner di Duke University, Amerika Serikat.

"Tidak ada efek menopause yang bisa kita lihat. Biasanya orang akan berkata, 'saat saya menginjak usia 30 tahun, metabolisme saya berantakan.' Kami tidak melihat bukti apa pun akan hal itu," lanjut Pontzer.

Sebanyak 6.400 responden yang terdiri dari bayi berusia delapan hari hingga seseorang berumur 95 tahun menjalani tes bertajuk "doubly watered label".

Pada metode ini, hidrogen dan oksigen air diganti dengan isotop dari kedua unsur tersebut, sehingga bisa dilacak oleh para peneliti melalui sampel urin.

"Dengan menghitung berapa banyak hidrogen dan oksigen yang hilang per hari, kami bisa menghitung berapa karbon dioksida yang dihasilkan tubuh kita setiap hari," sebut Pontzer kepada NBC News.

"Itu adalah metode pengukuran yang tepat terkait berapa banyak kalori yang kita bakar setiap hari, karena kita tidak bisa membakar kalori tanpa membuat karbon dioksida," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Fox News
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com