Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahui, Bahaya Terlalu Banyak Makanan Tinggi Gula Saat Isoman

Kompas.com - 18/08/2021, 11:44 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Kita dianjurkan untuk menerapkan pola makan sehat dan seimbang setiap harinya. Ketika sedang menjalani isolasi mandiri (Isoman) akibat Covid-19, penting untuk lebih disiplin dalam menerapkan pola makan sehat.

Sayangnya, banyak dari kita yang sering kebingungan dalam memilih menu makanan dan pada akhirnya menjatuhkan pilihan pada makanan tinggi gula.

Menurut sebuah Laporan Tren F&B Indonesia sepanjang 2020-2021, misalnya, disebutkan bahwa hampir 7 juta orang memesan martabak di 2020. Selain itu, setiap 10 detik, terdapat satu teh susu varian hazelnut yang masuk dalam pesanan.

Padahal, rekomendasi asupan gula harian setiap orang adalah 50 gram atau maksimal empat sendok makan per hari.

Ahli gizi dr Juwalita Surapsari, MGizi, SpGK menyebutkan, menurut inforgrafis Kementerian Kesehatan, satu potong martabak manis mengandung gula sekitar 12 gram atau satu sendok makan.

Sementara sebuah penelitian di Singapura menyebutkan gula dalam minuman bubble tea (500 ml) mencapai sekitar 102,5 gram atau delapan sendok makan.

"Jadi, orang akan cenderung kelebihan gula ketika mengonsumsi makanan-makanan manis seperti ini."

Demikian diungkapkan oleh Juwalita dalam webinar bertajuk Bahaya Salah Asupan di Tengah Pandemi dan Isolasi Mandiri bersama Rejuve, Rabu (18/08/2021).

Baca juga: Lemas hingga Jerawatan, 12 Tanda Kita Makan Terlalu Banyak Gula

Gula lemahkan sistem imun

Dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah - Pondok Indah itu menyebutkan beberapa bahaya konsumsi gula berlebih, di antaranya menyebabkan obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, tekanan darah tinggi, gigi berlubang, memicu perilaku makan berlebih, kulit lebih cepat menua, penyakit ginjal dan liver, hingga peradangan.

Ketika kita terinfeksi, tubuh akan melawan dengan respons imun. Sayangnya, terlalu banyak konsumsi gula akan melemahkan sistem imun kita.

Hal itu telah dibuktikan oleh sejumlah penelitian in vitro di laboratorium.

"Ketika di penelitian diberikan kadar gula tinggi, ternyata gula yang tinggi itu bisa menurunkan kemampuan sel imun kita untuk bekerja," papar Juwalita.

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa sistem imun adalah sesuatu yang kompleks. Kulit dan lapisan saluran napas merupakan bagian terluar sistem imun.

"Ketika sistem imun terluar bisa ditembus oleh virus, maka virus akan bertemu dengan "tentara pertama" yang memiliki kemampuan fagosit atau menelan."

"Konsumsi banyak gula akan menurunkan kemampuan tentara tersebut untuk bisa menelan (virus)," ucapnya.

Gula dalam minuman bubble tea (500 ml) mencapai sekitar 102,5 gram atau delapan sendok makan.SHUTTERSTOCK/ROMIX IMAGE Gula dalam minuman bubble tea (500 ml) mencapai sekitar 102,5 gram atau delapan sendok makan.
Tak hanya itu, penelitian lain juga mengungkapkan bahwa terlalu banyak konsumsi makanan tinggi gula dapat mengacaukan aktivasi sistem imun bawaan.

"Kadar gula tinggi merupakan lingkungan yang menyenangkan bagi virus untuk bertambah banyak atau bereplikasi," tambah Juwalita.

Selain memengaruhi sistem imun, pada jangka panjang kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi gula ternyata juga bisa berdampak pada kesehatan mental. Mengapa demikian?

Juwalita menjelaskan, kadar gula kita akan naik dengan cepat ketika mengonsumsi makanan tinggi gula. Namun, kadar gula darah tersebut juga akan turun dengan cepat.

Kondisi itulah yang dapat memengaruhi kondisi psikologis seseorang.

"Pada saat kita sedang isoman atau pandemi, hati-hati, kemungkinan besar juga akan berdampak pada kondisi psikologis kita. Jadi harus diseimbangkan kesehatan jasmani dan rohani kita," ucapnya.

Baca juga: 4 Cara Menambahkan Manis pada Secangkir Kopi, Tanpa Gula

Konsumsi makanan sehat dan seimbang

Menurut panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penting untuk menerapkan pola makan seimbang, yakni dengan memperbanyak konsumsi makanan segar dan minim olahan.

Hal itu dimaksudkan agar kita mendapatkan asupan nutrisi yang mencukupi dan sesuai kebutuhan.

Misalnya, cobalah mengonsumsi beras merah, beras cokelat atau umbi-umbian sebagai alternatif sumber karbohidrat.

Untuk memenuhi asupan vitamin dan mineral, mengonsumsi jus buah tanpa gula tambahan juga bisa menjadi opsi. Pastikan mengonsumsinya dari sumber alami.

"Ketika ingin mengonsumsi makanan atau minuman dalam kemasan, pastikan apa yang kita konsumsi tidak mengandung tambahan-tambahan, terutama gula tambahan," ucap Juwalita.

Pasien Covid-19 juga kerap mengalami gangguan penciuman (68-85 persen) dan pengecapan (71-88 persen). Kondisi tersebut sering kali memengaruhi keinginan makan seseorang.

Ketika napsu makan hilang, orang tersebut berpotensi kekurangan gizi.

Jadi, jika menghadapi kondisi tersebut, penting untuk mencoba melakukan modifikasi makanan, misalnya dengan mengonsumsi makanan yang lembut dan cair dengan kandungan gizi yang seimbang.

Misalnya, memadukan oat, susu rendah lemak, selai kacang, dan pisang atau mengonsumsi bubur kacang hijau tanpa santan.

"Bubur kacang hijau protein dan seratnya baik, ada folat B6 dan magnesium juga," ucap Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia cabang Banten itu.

Baca juga: Waspadai, 6 Makanan/Minuman Sehat yang Mengandung Banyak Gula

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com