Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr.Retha Arjadi, M.Psi
Psikolog

Retha Arjadi adalah psikolog klinis yang aktif berpraktik di Kalea dan International Wellbeing Center. Dalam praktiknya, ia berfokus pada penanganan berbagai masalah psikologis yang dialami oleh klien berusia dewasa. Selain berpraktik, ia juga mengajar sebagai dosen honorer di Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Kedukaan dan Pandemi Covid-19

Kompas.com - 19/08/2021, 09:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Standar waktu yang cukup ini sangat mungkin berbeda antara satu orang dengan orang lain, karena kedukaan adalah sesuatu yang sifatnya sangat personal.

Baca juga: 6 Cara Sembuhkan Duka akibat Kehilangan Orang Tersayang

Terasa lebih berat

Adapun krisis yang dibawa oleh pandemi Covid-19 dapat membuat berbagai emosi yang muncul terkait kedukaan menjadi lebih kuat atau terasa lebih berat, terutama di masa-masa awal, seperti ditunjukkan oleh hasil penelitian yang telah disampaikan sebelumnya.

Menyadari ini sangatlah penting, agar dapat dilakukan penyesuaian yang diperlukan dalam menghadapi kedukaan tersebut sesuai porsinya. Terkait waktu misalnya, bisa jadi, diperlukan waktu yang lebih panjang untuk memproses kedukaan tersebut.

Selain terkait waktu, penting juga untuk bisa mengungkapkan kedukaan dengan cara yang dirasa nyaman dan tidak destruktif. Cara yang biasanya membantu adalah bicara dengan orang lain yang dianggap nyaman untuk diajak bicara mengenai hal ini.

Terkadang, orang yang sedang berduka lebih suka menyendiri. Ini sebetulnya wajar dan boleh dilakukan, namun perlu diimbangi dengan berinteraksi dengan orang lain, agar tidak kebablasan ke arah mengisolasi diri secara berlebihan, yang malah dapat membuat proses berduka menjadi lebih berat.

Baca juga: Sehat Mental Melalui Kesejahteraan Spiritual di Era Pandemi

 

Dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini, jika tidak ada orang lain yang tinggal bersama di rumah, ini bisa dilakukan misalnya melalui video call dengan kerabat atau sahabat secara rutin dengan frekuensi yang dirasa nyaman.

Cara lainnya adalah dengan melakukan sesuatu yang dapat membantu diri mengekspresikan kedukaan yang sedang dialami. Misalnya, beberapa orang merasa terbantu dengan membuat tulisan tertentu untuk menumpahkan duka atau membuka foto-foto sambil mengenang sosok yang meninggal.

Last but not least, seringkali, terutama pada masa awal, kedukaan dapat menimbulkan keengganan melakukan berbagai aktivitas, karena emosi-emosi yang intens dari kedukaan bisa membuat kita begitu lelah atau kehilangan motivasi beraktivitas.

Oleh karena itu, penting untuk dapat memilah dan memilih aktivitas yang perlu dilakukan agar energi yang terbatas tersebut bisa digunakan sebaik-baiknya.

Upayakan tetap melakukan rutinitas harian dasar, seperti makan, istirahat, dan menjaga kebersihan diri. Selain itu, fokuskan juga energi untuk hal-hal yang wajib dikerjakan, misalnya terkait pekerjaan.

Baca juga: Kesedihan Berlangsung Lama Bisa Jadi Tanda Depresi, Kenali Cirinya

 

Sementara, untuk hal-hal yang urgensinya cenderung rendah dan memungkinkan untuk dikesampingkan sementara waktu tanpa konsekuensi yang serius, dapat dipertimbangkan untuk tidak dilakukan terlebih dahulu, atau minta bantuan orang lain untuk melakukannya selama rentang waktu tertentu.

Kedukaan selalu menjadi hal yang tidak mudah untuk dilalui, terlebih di tengah krisis pandemi Covid-19 saat ini. Dengan memahami kedukaan dan cara-cara menghadapinya, diharapkan orang-orang yang berduka dapat terbantu dalam melalui proses yang sulit tersebut.

Dr. Retha Arjadi, M.Psi., Psikolog
Dosen & Psikolog klinis
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta, Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com