Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Google Berinisiatif Merekrut Lebih Banyak Penderita Autis

Kompas.com - 19/08/2021, 16:00 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Selvaggi Hernandez pun berpendapat bahwa meskipun perubahan yang diusulkan Google akan membantu beberapa pelamar, Google harus mengambil langkah tambahan untuk menyelaraskan kebutuhan setiap pelamar dan mempromosikan pengalaman yang lebih sehat bagi semua kandidat, bukan hanya mereka yang autis.

Baca juga: Mitos-mitos yang Banyak Beredar Seputar Anak Autis dan Kebenarannya

Menciptakan lingkungan kerja yang aman

Untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, Holmans mengatakan bahwa pihaknya terbiasa mendorong semua orang untuk berbagi tentang neurodivergensi mereka di tempat kerja. Sebab, hal ini dapat memecah stigma dan meningkatkan konsep penerimaan.

Namun di saat yang sama, Holmans menyadari bahwa bersikap terlalu terbuka itu berisiko.

Holmans pun mengakui bahwa di beberapa tempat kerja yang tidak bersahabat, orang autis kemungkinan besar diperlakukan secara berbeda.

Mungkin saja orang-orang akan memandang rendah kebutuhan penderita autis, memandang mereka sebelah mata, atau mengabaikannya dalam promosi jabatan.

Jadi, dibanding meminta agar penderita autis membuka diri, Holmans merekomendasikan agar orang lain lah yang menawarkan dukungan dan menciptakan budaya yang lebih akomodatif, baik dalam wawancara maupun di tempat kerja.

Pemimpin pun harus terus mencari cara terbaik untuk mendukung kandidat dan rekan kerja dengan autisme serta menawarkan pilihan sehingga mereka memahami cara melakukan perubahan dan follow-up.

Lalu, kita perlu membiarkan orang lebih manusiawi di tempat kerja. Seringkali, budaya perusahaan meminta orang-orang untuk menyembunyikan bagian dari diri mereka sendiri, kelemahan mereka-misalnya.

Holmans juga menyoroti bahwa saat tempat kerja memandang kelemahan sebagai hal memalukan, orang-orang akan sulit meminta bantuan saat mereka membutuhkannya, apalagi, jika masalah disabilitas, sistem pendukung, dan akomodasi lainnya menjadi hal yang tabu.

Padahal, lingkungan kerja sehat yang sehat akan membuat orang lain mendukung dan menerima semua kelebihan dan kekurangan seseorang apapun diagnosisnya.

Holmans juga menyebut bahwa orang-orang neurodivergen sering mengalami kesulitan dalam memproses perubahan. Untuk itu, Stanford berencana untuk memberikan dukungan berkelanjutan pada karyawan baru di Google.

Selain itu, Stanford juga akan mendukung rekan tim neurotipikal dari orang autis untuk memastikan bahwa orientasi dan aspek pekerjaan lainnya lebih mudah diakses.

Komunikasi di tempat kerja pun terkadang dipandang tidak jelas, membuat orang autis bingung dan terpaksa berkontribusi pada lingkungan yang tidak bersahabat.

Untuk itu, ia mengatakan bahwa atasan harus membuat rencana proaktif untuk mengatasi kelelahan autis, atau kelelahan hebat yang disebabkan efek kumulatif dari menjalani dunia yang dibangun untuk orang-orang neurotipikal.

Karena itu, jika kita melihat orang-orang neurodivergen meninggalkan organisasi, tentu ada sesuatu yang salah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com