KOMPAS.com - Berbagai teknik telah digunakan selama bertahun-tahun untuk menghilangkan tato.
Mulai dari mewarnai bagian tato dengan pigmen berwarna kulit, eksisi bedah (memotong area yang ditato), dan menghilangkannya dengan laser.
Tetapi, secara umum, para ahli sepakat, menggunakan laser adalah cara yang paling sukses saat ini untuk menghapus tato.
Menghilangkan tato dengan laser biasanya dilakukan melalui laser Q-switched atau Picolaser yang lebih baru.
Baca juga: Lihat, Tato Raksasa Baru di Kaki Kanan Ricky Martin
Laser ini mengirimkan energi dalam satu denyut kuat untuk menghancurkan tinta di dalam kulit, tetapi ada sedikit perbedaan di antara keduanya.
"Alih-alih mengandalkan panas, laser Picosecond mengirimkan energi dengan sangat cepat seperti dalam sepertriliun detik," kata Dr Kwan Yuan Dong dari S Aesthetics Clinic.
"Sehingga partikel pigmen kecil dalam tinta tato bergetar dan pecah tanpa membakar jaringan di sekitarnya," lanjut dia.
Menurut dia, laser juga tidak hanya menghasilkan kemanjuran yang lebih tinggi, tetapi merupakan jenis perawatan yang lebih aman.
Sebab, metode laser meminimalkan kerusakan pada struktur kulit normal.
Untuk memulainya, kulit akan dioleskan krim mati rasa terlebih dulu, dan perawatan biasanya melibatkan sensasi panas.
Di samping itu, kulit kita juga mungkin akan berdarah, melepuh, dan membengkak.
Baca juga: Adam Levine Pamer Tato Raksasa di Sekujur Kaki Kirinya
Jadi, mengoleskan salep antibakteri, mengganti pembalut luka secara teratur, dan menghindari sinar matahari setelah laser itu sangatlah penting.
Proses ini diulangi dalam beberapa sesi, biasanya dalam interval 6-8 minggu sampai kita puas dengan sejauh mana tato telah memudar.
Kwan mengungkapkan, risiko atau efek buruk dari menghilangkan tato lebih tinggi jika menggunakan laser Q-switched.
"Laser ini dapat berdampak pada jaringan parut dan mengembangkan bintik-bintik putih permanen di daerah yang dirawat, serta penggelapan kulit di daerah sekitarnya," kata dia.