Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Tanda Remaja Putri Jadi Korban Bullying Emosional

Kompas.com - 20/08/2021, 08:22 WIB
Intan Pitaloka,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Your Tango

KOMPAS.com - Perundungan emosional (emotional bullying) kemungkinan bukan sesuatu yang kita ketahui. Namun, jika kita memiliki anak perempuan, saudara perempuan, atau teman yang masih muda, mungkin kita pernah melihatnya pulang sekolah dengan perasaan bingung dan kesal.

Jika dipancing dengan pertanyaan yang cermat, kita bisa saja menyadari bahwa dia sedang diganggu. Dan bukan oleh orang asing tapi seseorang yang dia anggap sebagai teman baik.

Bukan hal yang aneh bagi remaja putri mengalami kejadian di mana teman dekatnya tiba-tiba memutuskan untuk mengabaikan mereka dan membicarakannya di belakang mereka.

Terkadang, mereka yang disebut teman akan bersikap baik kepada korban, tetapi tiba-tiba berubah posisi saat berada di sekitar teman sebayanya.

Akibatnya, anak kita menjadi sasaran lelucon, yang dapat sangat memengaruhi harga diri dan kesehatan mentalnya.

Baca juga: Ajari 5 Sikap Tegas Ini kepada Anak agar Tak Jadi Korban Bullying

Jenis "perundungan emosional" ini dikenal sebagai agresi relasional

Perundungan emosional adalah suatu keadaan di mana penindas menggunakan hubungan, kata-kata, dan gerak tubuh untuk menargetkan korban. Mereka juga agresif secara verbal.

Kadang-kadang, kita sebagai orangtua memutuskan untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap situasi tersebut karena mengira putri kita-lah yang "terlalu sensitif".

Kita baru menyadari bahwa ini penting untuk diatasi ketika putri kita menghabiskan lebih sedikit waktu dengan teman-temannya dan tidak lagi ingin pergi ke sekolah.

Baca juga: 4 Cara Memberi Dukungan pada Remaja Saat Kesepian di Masa Pandemi

Perlu diketahui, inilah perilaku umum yang biasanya dilakukan pelaku bully emosional:

  • Sikap silent treatment alias mengabaikan dan mendiamkan.
  • Menyebarkan desas-desus tentang korban.
  • Menggunakan situs media sosial untuk memposting postingan yang memalukan tentang korban.
  • Meminta gadis lain untuk membuat posting anonim yang berkaitan dengan hal menyakitkan tentang korban.
  • Dengan sengaja tidak mengundang korban dan memastikan bahwa dia tahu bahwa dia tidak diundang.
  • Mengolok-olok korban. Ketika dikatakan tindakannya kejam, pelaku intimidasi akan membalikkan keadaan pada korban dengan mengatakan bahwa dia "terlalu sensitif" atau bahwa mereka "hanya bercanda."
  • Manipulasi. Jika korban melakukan sesuatu yang diinginkan pelaku, pelaku setuju bahwa mereka dapat berteman lagi atau diikutsertakan dalam kegiatan kelompok.
  • Mengejek, Menertawakan, atau menyebut-nyebut nama korban dengan jarak yang dekat.

Nah, apabila anak kita menyebutkan salah satu perilaku yang disebutkan di atas, kemungkinan dia telah menjadi sasaran agresi relasional.

Pastikan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian semua kekhawatirannya sehingga dia tahu bahwa kita memahami kebutuhan dan kekhawatirannya.

Baca juga: Mayoritas Pelaku Perundungan Anak adalah Temannya

Semua bentuk perundungan tentu berdampak buruk pada kesejahteraan emosional.

Berikut adalah tanda-tanda yang perlu kita perhatikan jika yakin putri kita adalah korban intimidasi emosional dan agresi relasional:

  • Sering mengeluh sakit perut.
  • Sakit kepala.
  • Mengisolasi diri.
  • Menolak mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, olahraga, dan kegiatan lain yang sebelumnya disukai.
  • Penurunan harga diri yang signifikan dan seringnya pernyataan negatif tentang diri mereka sendiri.
  • Merasa tidak mampu secara sosial.
  • Menghindari sekolah.

Jika kita melihat salah satu tanda atau gejala yang disebutkan di atas, pastikan untuk segera mengatasinya.

Baca juga: Marshanda Cerita Masa Kecilnya, Alami Bullying Sejak SD

Halaman:
Sumber Your Tango
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com