Atlet tentu menghasilkan lebih banyak keringat dibanding non-atlet.
Baca juga: 5 Tips Bersepeda ke Kantor Tanpa Berpeluh Keringat
Hal ini dibuktikan dalam sebuah studi kecil pada April 2014 di Plos One yang mengamati 16 pelari jarak jauh, dan 20 orang yang tidak banyak bergerak.
Dari sana terungkap, pelari berkeringat lebih cepat dan lebih banyak saat kelenjar keringat mereka aktif dibandingkan dengan non-pelari.
Namun, hingga kini, hanya itu satu-satunya penelitian terbaru untuk mengukur perbedaan ini, sehingga perlu penelitian untuk mendukung temuan tersebut.
Konsentrasi garam yang lebih tinggi dalam keringat juga dapat membuat pakaian rentan terhadap noda.
Penelitian yang diterbitkan pada Juli 2016 di Journal of the International Society of Sports Nutrition, mengungkap tentang hal ini.
Disebutkan, orang yang berolahraga dalam jangka waktu lama -misalnya, selama satu jam di bawah terik matahari, seperti pelari maraton, dapat mengeluarkan jumlah garam yang lebih tinggi dalam keringat.
Selain itu, Cleaveland Clinic menyebutkan, beberapa kondisi kesehatan juga bisa membuat keringat menjadi lebih asin.
Misalnya, cystic fibrosis yang memengaruhi bagaimana air dan garam bergerak melalui tubuh dan dapat menghasilkan kadar klorida (komponen garam) yang tinggi dalam keringat.
Baca juga: 4 Penyebab Munculnya Keringat Saat Tidur Malam
Menurut Mayo Clinic, keringat berlebih bisa menjadi gejala kondisi kesehatan seperti hipertiroidisme, menopause, atau efek samping pengobatan lainnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.