Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/08/2021, 06:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit jantung bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia.

Gaya hidup yang tidak sehat dinilai berperan dalam meningkatkan risiko penyakit jantung pada kaum muda.

Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, ditemukan lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung.

Mengubah gaya hidup adalah langkah terbaik untuk mencegah penyakit jantung.

Kendati kita lahir di dalam keluarga yang memiliki riwayat penyakit jantung, faktanya risiko penyakit tersebut bisa diminimalkan.

Baca juga: Tak Sama, Henti Jantung dan Serangan Jantung

Inilah berbagai langkah yang bisa menjaga jantung dari ancaman penyakit, dan telah terbukti secara ilmiah.

1. Mengonsumsi sayuran

Sayuran hijau seperti kangkung, lobak, dan bayam berperan dalam menurunkan peradangan, yang sangat membantu kesehatan jantung.

Mengonsumsi sayuran hijau akan memberikan manfaat bagi jantung. Demikian kesempulan penelitian yang dimuat dalam Journal of American Heart Association.

Studi tersebut mengamati data lebih dari 50.000 pria dan wanita.

Hasilnya, mereka yang mengonsumsi sayuran yang kaya vitamin K memiliki risiko lebih rendah untuk terkena penyakit kardiovaskular aterosklerosis, ketimbang individu yang jarang mengonsumsi sayuran.

Penyakit kardiovaskular aterosklerosis merupakan penyakit jantung yang dipicu oleh penumpukan lemak, kolesterol, dan zat lain di dalam serta di dinding arteri.

Makanan lain yang tinggi vitamin termasuk brokoli, hati sapi, keju, dan alpukat.

Poin penting dari studi tersebut adalah, individu yang mengonsumsi sayuran dalam jumlah lebih banyak tidak akan meningkatkan penurunan risiko serangan jantung.

Hal itu dijelaskan penulis utama studi Nicola Bondonno, PhD di Institute for Nutrition Research, Edith Cowan University, Australia.

Baca juga: Tips Jantung Sehat, Kurangi 200 Kalori Sehari dan Berolahraga

"Lebih banyak asupan sayuran tidak memberikan manfaat yang lebih besar," terang Bondonno.

"Artinya, mengonsumsi sayuran secara konsisten lebih bermakna daripada mencoba menumpuk asupan sayuran dalam jumlah banyak."

2. Membatasi kalori lebih baik daripada mengurangi kalori secara ekstrem

Mengurangi kalori dalam jumlah banyak bisa memacu penurunan berat badan. Namun, lebih baik membatasi kalori dalam jumlah moderat untuk kesehatan jantung.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation mengungkap, individu yang memangkas sekitar 200 kalori dari asupan kalori harian selama 20 minggu dan berolahraga teratur akan mengalami perubahan positif pada aorta.

Perubahan kekakuan pada aorta merupakan kunci penting untuk mencegah penyakit jantung.

Sementara itu, peserta penelitian yang memangkas asupan kalori harian sekitar 600 kalori tidak memeroleh perubahan apa pun pada kekakuan aorta.

Baca juga: Ternyata, Minyak Zaitun Bisa Turunkan Risiko Penyakit Jantung

3. Mencegah penyakit jantung sejak usia muda

Tidak ada kata terlalu awal untuk mencegah penyakit jantung. Meski cenderung dialami seseorang di usia lanjut, tindakan pencegahan penyakit jantung bisa dimulai di usia muda.

Satu studi terbaru yang dimuat ke dalam Journal of American Heart Association menemukan fakta menarik.

Dalam studi itu, para peneliti memantau kebiasaan makan individu berusia 18-30 tahun.

Mereka menemukan, individu yang menerapkan pola makan nabati di rentang usia tersebut dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah saat mereka berusia paruh baya.

Pola makan nabati yang dimaksud mencakup buah-buahan dan sayuran, kacang-kacangan, legumes, dan biji-bijian.

Dengan mempraktikkan diet nabati, individu juga membatasi konsumsi makanan yang tinggi natrium, gula, dan lemak trans.

4. Waktu tidur memengaruhi kesehatan jantung

Penelitian terbaru yang dipublikasikan ke dalam Journal of American Heart Association.

Disebutkan waktu tidur dan waktu bangun bisa memengaruhi risiko kita mengembangkan gagal jantung kongestif.

Peserta yang terbiasa tidur setelah pukul 23.00 dan bangun lewat dari pukul delapan pagi memiliki risiko tertinggi untuk terkena gagal jantung kongestif.

Kemungkinan, hal itu disebabkan oleh perubahan ritme sirkadian (jam internal tubuh) yang memengaruhi kesehatan jantung.

Gangguan ritme sirkadian dapat berujung pada penambahan berat badan dan tingkat stres yang lebih tinggi.

Demikian dikatakan Darria Long Gillespie, MD, asisten profesor klinis di University of Tennessee.

"Jika ritme sirkadian kita tidak aktif, hormon kita akan bekerja berlebih untuk mencoba dan mencapai keseimbangan dan membuat kita kembali selaras," kata dia.

Baca juga: Apakah Kecemasan Menyebabkan Jantung Berdebar, atau Sebaliknya?

"Hasilnya bisa berupa kompensasi berlebihan yang memiliki efek negatif di berbagai aspek kesehatan kita."

5. Asupan serat membantu kesehatan jantung

Hasil penelitian dalam Journal of Nutrition menemukan, peningkatan konsumsi biji-bijian bermanfaat untuk menjaga tekanan darah dan kolesterol.

Mencukupi asupan serat harian akan membantu menjaga kesehatan usus dan kesehatan jantung.

Kedua organ tersebut saling terkait, demikian dikatakan penulis studi senior Nicola McKeown, PhD, peneliti epidemiologi nutrisi di US Department of Agriculture.

Makanan seperti biji-bijian menyediakan senyawa magnesium dan potasium yang membantu fungsi saraf, tekanan darah, dan pencernaan.

Mengonsumsi makanan sehat, berolahraga teratur, dan mengurangi stres bisa membawa keuntungan tak hanya bagi jantung, tetapi juga kesehatan tubuh secara fisik dan mental.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com