Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tasya Kamila Ingatkan Jangan Buang Sampah Masker Medis Sembarangan

Kompas.com - 25/08/2021, 10:57 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Artis Tasya Kamila mengaku sudah menerapkan pemilahan sampah di rumahnya. Namun, ia masih bingung dengan sampah masker medis. Sebab, belum ada fasilitas pengelola sampah yang mau menerimanya.

Padahal, sampah masker medis perlu dikelola secara tepat agar pada akhirnya tidak mencemari lingkungan.

"Aku di rumah sudah pilah sampah. Sampah anorganik kayak plastik, kardus, botol kaca biasanya aku serahkan ke fasilitas pengelola sampah."

"Sampah di rumah dijemput, order lewat aplikasi. Tapi ternyata aplikasi dan bank sampah belum mau menerima sampah masker. Kayaknya cukup berbahaya kalau enggak melalui pengelolaan khusus."

Demikian diungkapkan Tasya dalam diskusi bertajuk Darurat Limbah Medis, Kita Bisa Apa? oleh Change.org, Selasa (24/08/2021).

Baca juga: Begini, Cara Tepat Buang atau Cuci Masker Bekas Pakai

Namun, sebelum menemukan tempat pengolahan sampah masker medis, mantan penyanyi cilik itu mengingatkan agar kita tidak membuang sampah masker medis sembarangan.

Awali dengan mengumpulkannya, melakukan disinfeksi dan mengguntingnya sebelum dibuang.

"Kalau belum bisa mengolah sendiri atau menemukan lembaga yang bisa mengolah limbah medis, ya sudah yang bisa kita lakukan seenggaknya cegah dan pilah," tuturnya.

Selain itu, menekan jumlah penggunaan masker medis juga dapat dilakukan dengan mengurangi frekuensi keluar rumah jika tidak terlalu penting atau kegiatannya bisa dilakukan secara virtual.

"Kalau enggak penting-penting amat enggak usah keluar rumah, kan jadi enggak perlu pakai masker, bisa menghemat masker," tutur pelantun Libur Telah Tiba itu.

Memerhatikan sampah masker bekas dan memilah sampah secara umum mungkin terlihat sepele, namun dampaknya sangat besar jika dilakukan bersama-sama.

Tasya mengingatkan, sampah yang tidak dikelola bisa bersampak pada lingkungan. Tak hanya menyebabkan banjir tapi juga masalah lingkungan lain, seperti mencemari sungai, membuat kualitas air menjadi tidak baik, mengotori laut dan membahayakan hewan-hewannya, hingga mencemari ekosistem secara keseluruhan.

Tanpa dikelola dengan baik, sampah akan menumpuk di tempat pembuangan akhir tanpa diproses dengan baik.

Padahal, kata dia, sampah yang sudah dipilah sejak dari rumah akan memiliki nilai lebih dan bisa diolah kembali dengan lebih baik.

"Kenapa mengelola sampah penting? Kadang kita mikir, ah buang sampah satu bungkus permen aja apa sih dampaknya? Tapi kalau perlakuan tersebut dilakukan oleh satu juta orang, maka ada satu juta sampah yang dibuang sembarangan."

"Aksi kecil kalau dilakukan oleh banyak orang dan kolektif, maka dampaknya akan besar," kata Tasya.

Baca juga: Peduli Bumi, 5 Brand Kosmetik Ini Menerima Sampah Sisa Produknya

Petisi pengelolaan limbah medis

Dalam kesempatan tersebut, disampaikan pula tentang petisi di laman Change.org yang dimulai oleh DETALKS dan Doctors for XR Indonesia. Petisi tersebut mendesak pemerintah untuk memastikan dan menjamin pengelolaan limbah medis yang transparan, cepat, dan ramah lingkungan.

Hingga kemarin, petisi tersebut telah didukung oleh lebih dari 29.000 orang.

Pengelolaan limbah medis yang kurang baik dapat memengaruhi kehidupan setiap orang. Di sisi lain, selama ini pengelolaan limbah medis di fasilitas pelayanan kesehatan juga belum memadai.

Pars pembicara yang hadir meyakini bahwa masyarakat perlu bersuara lebih keras lagi agar pengelolaan limbah medis dapat dilakukan secara cepat, transparan dan juga memperhatikan aspek keberlanjutan.

Baca juga: Mengenal Pengelolaan Limbah Medis di Masa Pandemi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com