Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/08/2021, 07:25 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Angka kejadian penyakit jantung terus meningkat dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), setidaknya 15 dari 1.000 orang atau sekitar 2,7 juta penduduk di Indonesia menderita penyakit jantung.

Jumlah itu diperkirakan terus bertambah, melihat kondisi pandemi yang terjadi saat ini.

Spesialis jantung dan pembuluh darah dr Rony Marethianto S, SpJp(K), FIHA, FSCAI, FAPSC menuturkan, pandemi turut memengaruhi risiko seseorang untuk terkena penyakit jantung.

"Orang yang tadinya beraktivitas di luar, kini banyak stay at home. Aktivitas berkurang sehingga penyakit lebih mudah muncul, termasuk penyakit jantung."

Begitu penjelasan Rony dalam webinar "Stay At Home: Jantung Sehat, Badan Bugar" yang diadakan di kanal YouTube Kompas.com pada Rabu (25/8/2021) sore.

Baca juga: 5 Fakta tentang Pencegahan Penyakit Jantung

Penyakit jantung menimpa usia muda

Dokter yang berpraktik di Primaya Hospital Tangerang ini menuturkan, saat ini banyak pasien penderita jantung yang usianya relatif muda.

"Kalau kita lihat beberapa tahun lalu rata-rata pasien yang berkunjung ke UGD Primaya Hospital dengan keluhan spesifik jantung berada di rentang usia 50-70 tahun."

"Namun data kunjungan itu berubah selama pandemi. Pasien yang mengeluhkan sakit jantung kebanyakan berusia 40-an. Ada beberapa pasien di usia awal 30-an juga," sambung Rony.

"Di poliklinik kami, persentase pasien jantung berusia 30-49 tahun sekitar 20 persen sampai 30 persen dari total pasien. Angka ini memprihatinkan."

Baca juga: Penyebab Makin Banyak Orang Muda Alami Serangan Jantung

Deteksi dini penyakit jantung

Melihat banyaknya orang di usia muda yang secara sekilas tampak sehat namun memiliki masalah jantung setelah diperiksa, Rony mengingatkan masyarakat untuk mendeteksi adanya penyakit jantung sejak dini.

Menurut dia, pandemi meningkatkan faktor risiko penyakit jantung bagi sebagian orang, ditambah pola makan yang tidak sehat, stres, kecemasan, merokok, dan konsumsi alkohol.

"Faktor risiko makin banyak, sehingga penderita penyakit jantung saat ini bukan hanya mereka yang sudah berumur, tapi orang-orang muda juga," lanjutnya.

Untuk mendeteksi adanya gejala penyakit jantung, ada beberapa poin yang harus diwaspadai, kata Rony. Yaitu:

  • Sesak napas
  • Sakit atau nyeri di dada
  • Dada berdebar-debar

"Apabila keluhan tersebut mulai memberat dan menjadi-jadi, kita harus pergi berobat dan memeriksakan diri ke dokter."

Dalam mendeteksi penyakit jantung, tambah Rony, dokter akan melakukan pemeriksaan awal dalam bentuk wawancara dengan pasien.

"Jika pasien belum bisa datang ke klinik, bisa melakukan wawancara melalui teleconsulting atau telemedicine," sebut pria itu.

"Kita juga memeriksa darah pasien untuk mendeteksi kolesterol, asam urat, kadar gula darah, dan lain-lain."

Setelah itu, pasien penderita jantung akan dicek dengan alat perekam jantung atau EKG.

"Ini langkah pemeriksaan yang sangat simpel. Setelah itu baru bisa diputuskan apakah pasien harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut atau tidak."

Baca juga: Ketahui, Cara Mengenali Nyeri Dada karena Penyakit Jantung

Mengobati penyakit jantung

Tindakan pengobatan penyakit jantung bisa dimulai setelah pasien didiagnoisis menderita penyakit tersebut, menurut Rony.

"Di Primaya Hospital, biasanya kami membuat program pengobatan secara komprehensif kepada pasien, dengan mengubah gaya hidup pasien," cetusnya.

"Mengubah pola makan, jika pasien merokok atau minum minuman beralkohol ya harus berhenti."

Namun, apabila tidak ada perbaikan setelah pasien mengubah gaya hidup, dokter akan memberikan resep obat-obatan.

"Ketika pasien terus mengalami keluhan, kita segera lakukan kuratif atau pengobatan yang lebih ekstrem seperti operasi," terang dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com