Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emasnya Terkelupas, Benarkah Kualitas Medali Olimpiade Tokyo Buruk?

Kompas.com - 27/08/2021, 13:01 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kualitas medali Olimpiade Tokyo dipertanyakan setelah muncul keluhan permukaan emasnya yang terkelupas.

Awalnya, dua atlet China mengungkapkan bahwa medali yang didapatkan mulai terkelupas dan kilaunya memudar. Via media sosial Weibo, mereka mengunggah kondisi medali yang menjadi bukti prestasi olahraganya itu.

Buntut dari pengakuan ini, publik mempertanyakan material yang dipakai untuk medali prestisius ini. Apalagi masyarakat selama ini mengira medali juara olimpiade terbuat dari emas murni.

Anggapan ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah, tetapi memang kurang tepat.

Seperti diungkapkan Greysia Polli saat hadir di vlog Boy William, yang tayang di kanal YouTube presenter itu.

Baca juga: Bongkar Rahasia Medali Emas Olimpiade, Greysia Polii: Dalamnya Plastik

"Ini tuh lapisannya emas, tapi dalamnya kayak, jadi plastik segala macam, dia bikin dalamnya," terang Greysia.

"Lapisan emas iya, katanya 6 gram," ujarnya menambahkan.

Medali yang dibagikan kepada atlet berprestasi di Olimpiade Tokyo memang merupakan suatu inovasi baru.

Menjunjung semangat keberlanjutan dan ramah lingkungan, medali emas, perak, ataupun perunggu dibuat dari daur ulang sampah elektronik warga Jepang.

Pebulu tangkis ganda Putri Indonesia Greysia Pollii (kiri) dan Apriyani Rahayu mencium medali emas yang berhasil mereka raih untuk nomor bulutangkis ganda putri  Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (2/8/2021). Greysia Pollii/Apriyani Rahayu berhasil meraih medal emasi setelah mengalahkan Chen/Jia Yi Fan dua set langsung dengan skor 21-19 dan 21-15.ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN Pebulu tangkis ganda Putri Indonesia Greysia Pollii (kiri) dan Apriyani Rahayu mencium medali emas yang berhasil mereka raih untuk nomor bulutangkis ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, Senin (2/8/2021). Greysia Pollii/Apriyani Rahayu berhasil meraih medal emasi setelah mengalahkan Chen/Jia Yi Fan dua set langsung dengan skor 21-19 dan 21-15.

Menjunjung semangat ramah lingkungan

Proyek Medali Tokyo 2020 merupakan pertama kalinya dalam sejarah medali olimpiade dibuat menggunakan logam daur ulang. Momen ini juga pertama kalinya warga biasa terlibat dalam produksinya.

Japan Mint, otoritas yang memproduksi dan mengedarkan koin di Jepang, ditunjuk untuk menjalankan proses produksi.

Selama rentang waktu dua tahun, Japan Mint mengumpulkan 78.985 ton perangkat elektronik, termasuk 6,21 juta ponsel, dari seluruh warga Jepang.

Baca juga: 2 Atlet China ini Keluhkan Emas Medali Olimpiade Tokyo yang Terkelupas

Proyek itu menjangkau 90 persen kota, kota kecil, dan desa di Jepang, berkat adanya situs penjemputan donasi.

Kampanye daur ulang tersebut menghasilkan 70 pon (32 kilogram) emas, 7.700 pon (3.493 kilogram) perak, dan 4.850 pon (2.200 kilogram) perunggu.

Material tersebut diolah untuk menghasilkan 5.000 medali olimpiade yang di Tokyo.

Elemen emas, perak, dan perunggu dari perangkat tersebut diperoleh melalui peleburan. Proses ini dilakukan melalui pemanasan dan peleburan untuk mengekstrak logam dasar.

Material ini kemudian dibentuk ulang sesuai desain dan dilapisi dengan emas, perak, atau perunggu di permukaannya.

Meski nilainya mungkin tidak semahal yang diperkirakan banyak orang, semangat di balik pembuatan medali ini dipuji sejumlah pihak.

Baca juga: Atlet Olimpiade Polandia Lelang Medali demi Bantu Operasi Seorang Bayi

Banyak yang mengapresiasi langkah Jepang dalam membuat terobosan produk daur ulang, termasuk dari sampah elektronik. Di era digital ini, sampah sisa produk elektronik memang membanjir dan menjadi malah tersendiri.

Dylan Yang, desainer ternama di China, berpendapat, desain daur ulang Jepang sebenarnya mewakili gagasan keberlanjutan dan kesadaran. Hal-hal tersebut dianggap sebagai kebajikan dalam budaya Jepang.

“Nilai medali dapat ditentukan dengan makna simbolis di baliknya, bukan hanya seberapa mahal bahan yang digunakan untuk membuatnya. Hal yang sama berlaku untuk medali giok dan emas China," jelasnya.

Baca juga: Gigit Medali Emas Atlet Olimpiade, Walikota Nagoya Terpaksa Ganti Rugi 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com