Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab "Monday Blues", Perasaan Sedih dan Benci Hari Senin

Kompas.com - Diperbarui 26/09/2022, 07:52 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

6. Kehidupan dan pekerjaan tak seimbang

Bagi orang-orang yang menghabiskan kebanyakan waktunya untuk bekerja, perasaan negatif di hari Senin bisa menjadi tanda pikiran dan pikiran meminta untuk beristirahat.

Hal itu penting untuk keseimbangan kehidupan dan pekerjaan (work-life balance). Sekalipun mencintai pekerjaan, kita harus tetap memerhatikan jeda.

Tentu saja, hari Senin mungkin merupakan tanda burnout dan indikasi bahwa kita perlu meninjau kembali jam kerja panjang yang kita jalani demi menjaga kesehatan mental.

Baca juga: Waktu Habis Cuma untuk Kerja? Ini 7 Tips Ciptakan Work-Life Balance

7. Memiliki kecemasan sosial

Kecemasan sosial yang dimaksud bisa seperti kita dipaksa berinteraksi dengan orang lain dan berada di lingkungan di mana kita kerap dibandingkan dengan mereka.

Meburut psikoterapis yang berbasis di Inggris, Noel McDermott, kecemasan itu juga bisa berkaitan dengan antisipasi masalah sosial. Pada akhirnya, kita mengalami penumpukan kecemasan.

"Pada hari Minggu malam, kita bisa mulai merenungkan hal itu," ujarnya.

8. Sulit melakukan transisi

Sebagian orang merasakan kecemasan sebelum, sesudah dan selama masa transisi. Transisi selalu menempatkan kita pada posisi menghadapi ketidaktahuan.

"Senin sebagai awal hari kerja atau sekolah memberi kesan kita bakal menghadapi sesuatu yang tidak kita ketahui," ujar psikolog klinis dari Chicago, John Mayer.

Orang-orang yang menjalani kehidupan menantang juga punya alasan kecemasan tersendiri tentang masa transisi itu.

Misalnya, anak-anak yang orangtuanya bercerai mungkin perlu beralih ke rumah orangtuanya yang satu lagi di hari kerja.

Contoh lainnya adalah pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh. Mereka mungkin harus berpisah sebelum bertemu lagi di akhir pekan berikutnya. Semua itu bisa membuat seseorang merasa depresi.

Baca juga: 4 Tips Mengelola Kecemasan Saat Kembali Bekerja di Kantor

9. Fokus pada penghargaan eksternal

Menurut Stuempfig, banyak orang hidup dalam budaya menerima "penghargaan eksternal" alih-alih menemukan kebahagiaan dan tujuan dalam perjalanan hidupnya. Banyak dari kita yang fokus pada tujuan sebagai penghargaannya.

Misalnya, pujian dari atasan atau kenaikan pangkat alih-alih menemukan motivasi dari dalm diri sendiri, misalnya kebanggaan setelah meraih target pribadi alih-alih berusaha berkompetisi dengan orang lain.

"Terus-menerus menekankan penghargaan dari luar untuk pekerjaan kita, misalnya, hari kerja kita bakal kurang menyenangkan," ujarnya.

10. Hidup untuk akhir pekan

Jika kita memandang akhir pekan seperti momen kebebasan selama 48 jam, itu bisa jadi mengindikasikan bahwa kita menjalani kehidupan ganda. Bekerja dan membayar sejumlah tagihan dianggap sebagai hal yang dilakukan di hari kerja, sementara di akhir pekan melamukan kegembiraan pribadi.

"Orang-orang dengan mindset seperti itu akan selalu berjuang untuk menghadapi hari Senin, kecuali mereka menemukan jalan untuk menggabungkannya menjadi satu kesatuan," tuturnya.

Baca juga: 10 Kebiasaan di Akhir Pekan yang Tak Dilakukan Orang-orang Sukses

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com